Kamis, 11 Juni 2009

Ponpes

A. Latar Belakang

Pesantren atau pondok adalah lembaga yang dapat dikatakan merupakan wujud proses wajar perkembangan sistem pendidikan dan selanjutnya, ia dapat merupakan bapak dari pendidikan Islam. Dari segi historis, pesantren tidak hanya identik dengan makna keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian Indonesia (indigeneous). Sebab, lembaga serupa pesantren sebenarnya sudah ada sejak masa Hindu-Buddha. Hubungan kiai dengan santri pada umumnya merupakan hubungan ketaatan tanpa batas, begitu pula pada guru bantu. Dengan demikian, dalam lembaga pendidikan Islam yang disebut pesantren sekurang-kurangnya ada unsur-unsur : kiai, mesjid sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan, dan pondok atau asrama merupakan tempat tinggal para santri.

Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai sejarah panjang dan unik. Secara historis, pesantren termasuk pendidikan islam yang paling awal dan masih bertahan sampai sekarang. Berbeda dengan lembaga-lembaga pendidikan yang muncul kemudian, pesantren telah sangat berjasa dalam mencetak kader-kader ulama; dan kemudian berperan aktif dalam penyebaran agama islam dan transfer ilmu pengetahuan. Namun, dalam perkembangannya pesantren telah mengalami transformasi yang memungkinkannya kehilangan identitas jika nilai-nilai tradisionalnya tidak dilestarikan.

Azyumardi Azra menyebutkan bahwa pesantren yang berkembang di Indonesia masih tetap survive. Meskipun perubahan atau modernisasi pendidikan Islam di berbagai kawasan dunia muslim terus dilancarkan, tidak banyak lembaga pendidikan tradisional Islam seperti pesantren yang mampu bertahan. Bahkan kebanyakan punah setelah tergusur oleh ekspansi sistem pendidikan umum atau mengalami transformasi menjadi lembaga pendidikan umum atau sekurang-kurangnya mengadaptasi diri dan sedikit banyak mengadopsi isi dan metodologi pendidikan umum.

Bila dilihat dari perubahannya dan pertumbuhan pesantren, ditemukan bermacam-macam pola perubahan, antara lain sebagai berikut : Pertama, pesantren yang terdiri hanya mesjid dan rumah kiai. Pesnatren ini masih sangat sederhana di mana kiai menggunakan mesjid atau rumahnya sendiri untuk tempat mengajar. Santri berasal dari daerah sekitar pesantren tersebut. Kedua, pesantren yang terdiri dari mesjid, rumah kiai, pondok atau asrama. Pola ini telah dilengkapi pondok yang disediakan bagi para santri yang datang dari daerah lain. Ketiga, pesantren yang terdiri dari mesjid, rumah kiai, pondok atau asrama, dan madrasah.

Berbeda dengan yang pertama dan kedua, pola ini telah memakai sistem klasikal, santri mendapat pengajaran di madrasah. Di samping itu, belajar mengaji, mengikuti pengajaran yang diberikan oleh kiai di pondok. Keempat, pesantren yang telah berubah kelembagaannya yang terdiri dari mesjid, rumah kiai, pondok atau asrama, madrasah, dan tempat keterampilan. Pola ini dilengkapi dengan tempat-tempat keterampilan agar santri terampil dengan pekerjaan yang sesuai dengan sosial kemasyarakatannya, seperti pertanian, peternakan, jahit-menjahit, masak-memasak, dan sebagainya. Lain halnya dengan pola yang kelima, seperti halnya pola keempat, ditambah adanya Universitas, gedung pertemuan, tempat olahraga, dan sekolah umum.
Dahulu pesantren hanya mengajarkan seputar pengetahuan tentang pendalaman materi yang berdasarkan Al-qur’an dan Al-hadist, namun seiring dengan berkembangnya zaman, pesantren pun banyak mengalami peningkatan fungsi, seperti : pembinaan tentang akademik, pembinaan keterampilan hidup dan pembinaan moral. Namanya pun berubah menjadi pondok pesantren modern walaupun masih ada yang mempertahankan tradisi terdahulu atau yang lebih dikenal dengan pesantren salafi. Keberadaan pesantren yang tetap survive sampai sekarang, menjadi kebanggaan tersendiri bagi umat islam di tengah arus globalisai, individualisme, dan pola hidup materialistik yang kian mengental. Melalui pesantren inilah satu-satunya lembaga pendidikan keagamaan bagi umat islam tidak hanya untuk mendalami agama saja tetapi diusahakan untuk merubah nilai atau akhlak yang buruk.

Sebagai lembaga pendidikan umum, pondok pesantren berjasa dalam meningkatkan pengetahuan umum dan membina pengetahuan serta teknologi. Keduanya merupakan dua sisi yang sama pentingnya dalam meningkatkan iman dan taqwa serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Pondok pesantren telah mampu memelihara dasar-dasar keimanan dan mengembangkan ilmu pengetahuan untuk mengantisipasi perubahan sosial yang terjadi dalam pembangunan nasional. Besar juga manfaatnya dari pondok pesantren bagi kehidupan bangsa kita, jelas tidak terlepas dari pengaruh peranan kiai dan pengelola pesantren yang berkemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakat, tanpa hanyut mengikuti arus kemajuan tanpa kehilangan jati dirinya. Ini merupakan salah satu kekuatan pondok pesantren. Penjelasan di atas adalah bahwa pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang sangat ideal, para santri tidak hanya mengikuti pelajaran pada jam-jam pelajaran, melainkan juga ada proses di luar sekolah benar-benar menyatu.

Salah satunya pesantren yang ada di Desa Cikumpay, Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak Banten Selatan yaitu Pondok Pesantren Modern Daar El-Kutub yang sengaja didirikan oleh Bapak H. Enggoh Rochmanudin Almarhum. Kegiatannya pun semakin kompleks dan kurikulum yang digunakan oleh PPMDK pun setara dengan sekolah-sekolah swasta lainnya. Bahkan sudah mendapat pengakuan dari lembaga instansi Pemerintahan Departemen Agama. Sejarah pesantren dimulai sejak didirikannya Gontor Darussalam yang berlokasi di Ponogoro, Jatim, pendirinya adalah KH Imam Zarkasyi beserta beberapa rekannya yang sebelumnya telah menuntut ilmu di Al-Azhar Kairo, Mesir. Dahulu pondok pesantren Gontor Darussalam ini dibentuk ketika negara Indonesia masih dijajah oleh Belanda, murid-murid yang belajar pun masih harus sembunyi-sembunyi karena takut diketahui oleh penjajah. Waktu mereka pun harus dibagi untuk berjuang melawan penjajah dan belajar di pesantren. Keberadaan pesantren ini memiliki dampak positif terhadap mental para santri untuk menghadapi berbagai kemungkinan yang akan terjadi.

Kh Imam Zarkasyi adalah guru besar yang menjadi teladan bagi kita. Semboyan yang kita kenal dari beliau adalah : “Walaupun suatu saat nanti aku tak bisa mengajar seorang murid pun, aku akan tetap mengajar dengan pena”. Semangat inilah yang harus diterapkan oleh semua guru yang ada di Indonesia untuk terus berjuang mencerdaskan anak bangsa walaupun dengan keterbatasan yang kita miliki. Dengan demikian, jelaslah bahwa pesantren bukan hanya mampu bertahan, melainkan pada gilirannya mampu mengembangkan diri dan menempati posisi penting dalam pencaturan pendidikan, sehingga pesantren dalam sejarah perjalanannya mengalami perubahan dan pertumbuhan sekaligus merupakan perkembangan, baik dilihat dari sisi isi maupun dari segi bentuk.

Sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan sejak dahulu hingga sekarang, pondok pesantren menjadi wadah pembinaan generasi muda yang disiapkan untuk menjadi calon-calon pemimpin yang langsung hidup berkarya di tengah-tengah masyarakat. Begitu juga halnya dengan PPMDK yang tidak hanya mengembangkan pendidikan keagamaan, juga sebagai lembaga pendidikan umum. Dalam lembaga pendidikan keagamaan, pondok pesantren berjasa dalam memelihara semangat, tradisi dan pengetahuan agama. Dalam lembaga pendidikan umum PPMDK mengajarkan pendidikan yang lebih mengarah pada hal-hal yang bersifat umum baik dari mata pelajaran ataupun yang lainnya.

Model pendidikan PPMDK dimana setiap pelajar (santri) diasramakan dan membentuk masyarakat yang bermoral dengan nilai-nilai agama, dan banyak terdapat pelestarian dan penanaman nilai- nilai, norma dan aturan. Sehingga lebih mempermudah dalam membina santri, proses berdirinya sebuah pondok pesantren itu berpangkal semata-mata pada kiai yang menjadi pengasuh dan pemimpinnya. Abdurrahman Wahid (Gusdur) melaporkan teori Geertz kiai berperan sebagai penyaring arus informasi yang masuk kelingkungan kaum santri, menularkan apa yang dianggap berguna dan membuang apa yang dianggap merusak. Horikoshi juga berpendapat, kiai ternyata tidak sekedar berperan sebagai filter, Kiai juga mempunyai peranan aktif selain meredam akibat perubahan yang di bawa arus informasi, serta mempelopori terjadinya perubahan masyarakat menurut caranya sendiri. Kiai tidak hanya melakukan penyaringan informasi, melainkan juga memberikan agenda perubahan yang di anggapnya di perlukan oleh masyarakat.

Ketertarikan peneliti untuk mengambil tema mengenai Model pembinaan Pondok Pesantren Modern Daar El-Kutub. Salah satunya karena menurut peneliti pendidikan pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan yang mandiri, memiliki arti penting dalam pembinaan akhlak dan perilaku. Sebagai lembaga pendidikan pesantren harus bisa memberikan pelayanan jasa pendidikan yang lebih bermutu sesuai dengan perkembangan zaman dan permintaan masyarakat. Pondok pesantren ikut berperan serta mencerdaskan bangsa dengan melahirkan ulama dan pimpinan masyarakat, baik dalam penyebaran Islam, kewiraswastaan, perubahan sosial budaya, maupun dalam perjuangan kemerdekaan. Pendidikan yang di peroleh di sekolah umum sangat berbeda dengan pendidikan yang di peroleh di pondok pesantren.

Di pondok pesantren, pendidikan akhlak dan perilaku memperoleh perhatian yang lebih intens, sedangkan pada sekolah umum lebih di tekankan pada aspek pengajaran. Artinya, target pendidikan akhlak dan perilaku di sekolah umum lebih bertumpu pada nilai ujian, bukan nilai perilaku serta sikap seorang siswa. Metode, media serta materi yang diterapkan di PPMDK sama halnya yang diterapkan di sekolah-sekolah umum. Hanya saja di PPMDK menerapkan ilmu keagamaan seperti pelajaran khot, imla, hadist, mahfudzot, tadjwid, shorof dan yang lainnya.

B. Permasalahan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, peneliti dapat merumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana model pembinaan yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Modern Daar El-Kutub?
2. Bagaimana Proses terbentuknya Model Pembinaan di Pondok Pesantren Modern Daar El-Kutub?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan
• Untuk mengetahui sistem pendidikan dan sistem penyelenggaraan pembelajaran di Pondok Pesantren Modern Daar El-Kutub.
• Memperkaya kajian tentang studi pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan yang memiliki peran signifikan dalam pemberdayaan SDM khususnya di lingkungan PPMDK.

Manfaat

1. Teoritis, Sebagai bahan masukan bagi PPMDK tentang pembinaan pendidikan Islam yang dilakukan oleh mereka.
2. Praktis, Masukan bagi pihak-pihak terkait, seperti DEPAG untuk mengembangkan pesantren.

D. Kerangka Konseptual

Definisi Konseptual

Di dalam kerangka konseptual ini akan dijelaskan mengenai konsep-konsep yang berkaitan dengan penelitian diantaranya mengenai : pengertian model pembinaan, pondok, pesantren, relasi antara kiai dan santri, di dalamnya akan lebih dirincikan apa itu model pembinaan pesantren, pondok kiai dan santri. Karena tanpa konsep maka penelitian tidak akan terselesaikan dengan baik dan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh peneliti supaya penelitian menjadi akurat, jelas dan bisa dipahami oleh masyarakat dan oleh peneliti sendiri.

A. Tinjauan Umum Tentang Model Pembinaan

1. Kajian Tentang Model Pembinaan
Setiap upaya pendidikan dalam bidang apapun senantiasa tidak bisa terlepas dari cita-cita pendidikan nasional. Sebagaimana yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 yaitu :”… untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa…”.

Dalam mencapai cita-cita yang mulia ini memerlukan adanya kerja sama dan perhatian yang sangat besar dari berbagai pihak yang berkeahlian dalam bidang tertentu. Salah satu bentuk pendidikan adalah pembinaan. Dimana dalam pembinaan dimaksudkan untuk membantu individu yang mengalami kesulitan dalam mencapai tujuan hidupnya. Oleh karena itu, usaha pembinaan ini harus dilakukan secara sadar, berencana dan teratur agar dapat memberikan hasil sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan oleh individu dalam kehidupannya. Hal ini sejalan dengan uraian sebagai berikut :
“Pembinaan adalah usaha yang dilakukan dengan sadar, berencana, terarah, dan teratur untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seseorang dengan tindakan bimbingan, pengarahan, pengawasan untuk mencapai tujuan yang diharapkan”.

Pengertian pembinaan juga dikemukakan oleh Djuju Sudjana bahwa pembinaan dapat diuraikan sebagai :

“Rangkaian upaya pengendalian profesionalisme terhadap semua unsur organisme agar unsu-unsur yang disebut terakhir itu berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana untuk mencapai tujuan dapat terlaksana secara efektif dan efisien”.

Pembinaan merupakan upaya pendidikan yang dilakukan oleh orang yang bertangung jawab terhadap orang lain, baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh dan jelas. Pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan bakat, keinginan serta kemampuannya agar mempunyai sikap tindakan yang seperti dikehendaki.

Sementara itu menurut A. Mangunhardjana Pembinaan adalah :

”Suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal yang baru yang belum dimiliki dengan tujuan membantu orang yang menjalaninya untuk membetulkan dan mengembangkan pengetahuan dan kecakapan baru untuk mencapai tujuan hidup dan kerja yang sedang dijalani secara efektif”.

Kegiatan pembinaan dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan langsung (direct contact) dan pendekatan tidak langsung (indirect contact). Pendekatan secara langsung terjadi apabila pihak pembina melakukan pembinaan melalui tatap muka dengan pihak yang dibina. Pendekatan langsung ini dapat dilakukan melalui kegiatan diskusi, tanya jawab, kunjungan lapangan dan sebagainya. Cara-cara pembinaan secara langsung ini dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu : pertama pembinaan individual (perorangan), yaitu pembinaan yang dilakukan terhadap seseorang warga belajar. Teknik yang dapat digunakan antara lain dialog, diskusi dan peragaan. Kedua pembinaan kelompok, yaitu pembinaan yang dilakukan secara berkelompok. Pembinaan berkelompok ini dapat menghemat waktu dan tenaga. Adapun teknik-teknik yang dapat digunakan dalam pembinaan kelompok ini adalah diskusi, demonstrasi, pameran dan karyawisata.

B. Tinjauan Umum Tentang Pondok Pesantren

Pengertian Pondok Pesantren
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi kedua (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan R.I), “pondok” berarti madrasah dan asrama (tempat mengaji, belajar agama Islam) dan “pesantren” berarti asrama tempat murid-murid atau santri belajar mengaji dan sebagainya. Pesantren juga bisa disebut pondok pesantren, dan pondok itu sendiri berasal dari bahasa Arab yaitu “ Fundhuk” yang artinya adalah tempat menginap bagi orang bepergian atau pesanggrahan.

Dhofier, Zamakhsyari D. Menyatakan bahwa untuk dikatakan pesantren harus memiliki lima elemen penting yaitu pondok, santri, mesjid, pengajaran kitab klasik dan kiai, dikatakan bahwa :
“Pondok, masjid, santri, pengajaran kitab klasik dan kiai merupakan lima elemen dasar dan tradisi pesantren. Ini berarti suatu lembaga pengajian yang telah berkembang hingga telah memiliki kelima elemen tersebut akan berubah statusnya menjadi pesantren”.

Pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan yang mempunyai sifat-sifat, karakteristik dan fungsi khusus yang dapat dibedakan dengan lembaga pendidikan lainnya. Prasojo, Sudjoko mengemukakan bahwa :

“Sebuah pesantren mula-mula didirikan oleh adanya pengakuan lingkungan masyarakat terhadap hadirnya seorang ulama yang memiliki kelebihan ilmu pengetahuan dan kesalihan sebagai masyarakat sekitarnya, banyak yang datang kepadanya mencari ilmu dan megidentifikasi kesalihannya”.

Kata pesantren berasal dari kata santri yang mendapat imbuhan pe dan akhiran an yang menunjukan tempat. Dengan demikian pesantren artinya “tempat para santri” selain itu, asal kata pesantren terkadang dianggap gabungan dari kata sant (manusia baik) dengan suku kata tra (suka menolong) sehingga kata pesantren dapat berarti “tempat pendidikan manusia baik-baik”.

Selain itu juga istilah pesantren berasal dari kata “santri” dengan mendapat imbuhan pe- dan akhiran –an menjadi “pasantrian” berubah menjadi “pasantren”, yang berarti “tempat belajar santri”. Pesantren juga menunjuk pada sebuah lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan agama Islam, seperti yang diungkapkan oleh Mahmud Yunus bahwa : “ peasntren adalah tempat santri atau murid-murid belajar agama islam”.
pengertian pesantren menurut helmy yaitu :

“Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mengasuh para siswa (santri) yang bersama-sama tinggal di suatu tempat (kampus) dibawah pimpinannya yang tidak mengajarkan ilmu dan melatih hidup keagamaan, tetapi juga menganal anak didiknya lahir batin”

Secara historis, Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia Djamari, pesantren tidak hanya identik dengan makna keislaman, tetapi juga mengandung makna keahlian indonesia (indigeneus). Sebab, lembaga serupa pesantren sebenarnya sudah ada sejak masa Hindu buddha.

Sedangkan definisi yang diutarakan oleh Djamari tentang pondok pesantren adalah:
Secara sosiologis, pondok pesantren merupakan suatu sistem sosial, bahkan merupakan suatu masyarakat baik dalam arti community maupun society dengan segala nilai, norma dan pola perilaku para anggotanya.
Pengertian pesantren menurut Mastuhu : pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari”.
Definisi lain yang diberikan oleh Prasodjo Sudjoko pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama, umumnya dengan cara nonklasikan, dimana seorang kiai megajarkan ilmu agama islam kepada santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa arab oleh ulama abad pertengahan, dan para santri biasanya tinggal di pondok (asrama) dalam pesantren tersebut. Dengan demikian, dalam lembaga pendidikan islam yang disebut pesantren sekurang-kurangnya ada unsur-unsur : Kiai, mesjid sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan, dan pondok atau asrama sebagai tempat tinggal para santri. Menurut Abdurrahman Wahid, lingkungan pesantren mirip dengan akademi militer atau biara yang sarat dengan aturan main yang harus ditaati.

D. Kajian Umum Tentang Relasi Antara Kyai dan Santri

Pengertian Kiai

Kiai merupakan komponen yang paling esensial dalam lingkungan pesantren, beliau adalah sebagai pendiri, pertumbuhan PPMDK ini semata-mata tergantung pada kemampuan pribadi dan kharisma dari adanya kiai.
Asal mula perkataan Kiai dalam bahasa jawa digunakan untuk tiga jenis yang satu dan yang lainnya berbeda :
1. Gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap keramat, seperti ; kiai aruda kencana, dipakai untuk sebutan kereta emas yang ada di keraton Yogyakarta.
2. Gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya.
3. Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi pimpinan pondok pesantren dan mengajar kitab-kitab Islam klasik kepada para santrinya, selain gelar kiai beliau juga sering di sebut seorang alim (orang yang dalam ilmu pengetahuan agamanya).

Pengertian Santri
Kata santri berasal dari bahasa India yaitu “Shastri” yang berarti orang ahli tentang kitab suci agama Hindu. Dari kata “Shastri” itu sendiri berasal dari kata “Shastra” yang berarti karangan agama atau uraian ilmiah. Ada pula yang mengatakan “Shastri” itu adalah huruf sebab di pesantren dipelajari huruf dan sastra. Selain itu menutur CC Berg istilah “Shastri” yang dalam bahasa India berarti orang yang mengerti isi buku suci agama. Pernyataan Berg diperkuat dan diperluas oleh Geertz yakni bahwa pengertian santri yang diturunkan dari kata sansekerta “Shastri” yang artinya ilmuan Hindu yang pandai menulis, tetapi pengertian itu dalam pemakaian bahasa modern memiliki arti yang sempit dan yang luas.

Pendapat Robson tentang santri mempunyai persamaan dengan cri-ciri yang berlaku bagi santri. Ketika memperdalam ilmu agama, para santri harus tinggal di asrama yang merupakan bangunan keagamaan. Kalaupun disebutkan bahwa santri adalah orang yang tinggal di rumah miskin, ada benarnya, karena kehidupan santri dikenal sangat sederhana. Apalagi sebelum tahun 1960-an, pesantren dikenal dengan nama pondok yang terbuat dari bambu yang pada saat itu terdapat kesan sederhana.

Santri dalam arti yang sempit adalah : seorang pelajar sekitar agama yang bertempat tinggal di pondok pesantren. Dalam arti yang luas dan lebih umum adalah : Kata santri mengacu pada seorang anggota bagian penduduk jawa yang menganut Islam dengan sungguh-sungguh sembahyang, pergi ke mesjid pada hari jum’at dan sebagainya.

Santri mengandung dua pengertian yakni :
1. Santri muqim, yaitu peserta didik yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap di pesantren.
2. Santri kalong, peserta didik yang berasal dari daerah-daerah sekitar pesantren dan tidak menetap dalam pesantren. Cara belajar santri kalong dilakukan pulang pergi dari pesantren ke kampungnya. Ciri yang menentukan pesantren itu besar atau kecil, bisa dilihat dari jumlah santri muqim dan santri kalong. Jika santri muqim lebih banyak dari santri kalong dalam suatu pesantren, maka pesantren tesebut termasuk pesantren yang besar.

Hubungan antara Kiai dan santrinya merupakan salah satu wadah komunikasi antar guru dan muridnya sebagaimana tersebut di bawah ini:
“Hubungan antara pemimpin pesantren dengan para santrinya adalah hanya terbatas pada hubungan antara guru dengan muridnya, akan tetapi lebih dari hubungan timbal balik dimana santri menganggap kiainya sebagai bapaknya sendiri, sementara itu kiai menganggap santrinya itu sebagai titipan tuhan senantiasa harus dilindungi (hubungan antara orang tua dan anaknya)”.

Taufik Abdullah menjelaskan bahwa pesantren tempat untuk membina manusia menjadi orang baik, dengan sistem asrama. Artinya, para santri dan kiai hidup dalam lingkungan pendidikan yang ketat dengan disiplin.

D. Tinjauan Penelitian Sejenis

Penelitian yang ditulis oleh peneliti hampir mempunyai kesamaan dengan penelitian yang diangkat oleh Eni Qurnaeny mengenai Studi Deskriptif Layanan Bimbingan Di Pesantren Puteri Pondok Modern Gontor Desa Sambi Rejo Mantingan Ngawi Jawa Timur. Yang didalamnya menjelaskan memngenai 5 Bidang diantanranya :
1. Bidang kepondok Modern ; penyesuaian diri dengan dunia pondok, yang didalamnya meliputi : Mengikuti kegiatan Khutbatul Arsyi, mengetahui tujuan awal masuk pondok, memahami panca jiwa pondok dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Bidang pribadi ; penyesuaian diri terhadap perubahan secara fisik yang didalamnya meliputi : mengetahui tentang perubahan fisik yang dialami dan yang akan dialami, mengetahui informasi tentang menstruasi dan efeknya, mengetahui cara membersihkan dengan baik yang berkaitan dengan tubuh, pakaian, lemari dan barang-barang pribadi, mengetahui cara mengurus diri dengan baik, seperti cara mengatur keuangan dan mengatur waktu.
3. Bidang bimbingan sosial ; yang didalamnya meliputi : mengetahui bermacam-macam budaya dan karakteristiknya, menjalin hubungan baik dengan orang lain (guru laki-laki, perempuan atau pimpinan pondok, ustadz dan ustadzah serta kakak kelas, teman sebaya dan adik kelas).
4. Bidang bimbingan belajar yaitu mengenai hal-hal yang menyangkut mengenai kegiatan pembelajaran (KBM).
5. Bidang bimbingan karier, hal yang bersangkutan dengan hasil belajar dan untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi seperti Universitas.

Dalam penelitiannya beliau tidak memakai teori yang memfokuskan pada penelitian, beliau hanya memakai konsep yang berkaitan dengan permasalahan yaitu mengenai bimbingan. Istilah bimbingan telah didefinsikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ” petunjuk (penjelasan) cara mengerjakan sesuatu, tuntunan, pimpinan; membimbing berarti menuntut”. Sedangkan menurut Rahman Natawijaya bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya dan bertindak dengan wajar.

Perbedaan dari penelitian yang dilakukan oleh Eni Qurnaeny yakni mengenai pembinaan dari ketiga model yang peneliti ambil beliau lebih menjelaskan mengenai pembinaan di ruang lingkup pondok itu sendiri, lebih singkatnya mendalami kultur dan cara yang harus diketahui oleh semua santri yang melanjutkan kependidikannya di pondok modern Gontor Daarssalam.

E. Metode Penelitian

Subjek Penelitian
Peneliti menggunakan penelitian kualitatif yang didefinisikan sebagai sebuah proses penyelidikan untuk memahami masalah sosial atau masalah manusia, berdasarkan pada penciptaan gambaran holistik lengkap yang dibentuk dengan kata-kata, melaporkan pandangan informan secara terperinci, dan disusun dalam sebuah alamiah. Di dalamnya mengkaji mengenai sejarah pondok itu sendiri, dan yang lebib dikaji oleh peneliti di dalam makalah ini yakni mengenai 3 model diantaranya : model pembinaan kemampuan akademik, model pembinaan keterampilan hidup dan model pembinaan moral. Untuk mendapatkan informasi mengenai ketiga model pembinaan tersebut, peneliti melakukan observasi ke PPMDK dengan mewawancarai secara langsung dengan pihak yang bersangkutan. Diantaanya peneliti mewawancarai (Drs. Kaelani Susby) pimpinan PPMDK, ustadz/ustadzah, dan murid. Sehingga peneliti bisa mendapatkan data yang lebih benar, jelas dan akurat.

Penelitian ini dilakukan dengan mewawancarai 2 informan penting yakni : Informan sekunder (Pimpinan PPMDK ustadz dan ustadzah) yang menjadi sebuah jalan dan peniliti mengangaap bahwa seorang pemimpin atau pimpinan PPMDK merupakan payung yang bisa memperlancar jalannya penelitian yang dapat meghasilkan data yang lebih akurat. Informan primer yakni sebagaian santri yang sekolah di PPMDK dan alumnus yang bisa memberikan penjelasan mengenai proses terbentuknya model pembinaan yang diterapkan di PPMDK.

Peran Peneliti
Status sebagai alumni dari PPMDK sangat memepermudah peneliti melakukan observasi dan juga melakukan wawancara dengan pihak pesantren. Selama 1 minggu yang dilakukan mulai pada tanggal 22 Agustus 2008, dan peneliti melakukan penelitian yang kedua ketiga kalinya pada tanggal 18 Januari dan pada tanggal 2009. Peneliti melakukan observasi ke PPMDK untuk mendapatkan data yang peneliti harapkan, yakni data yang akurat yang bisa memperjelas masalah yang diteliti di lapangan, di dalam melakukan kegiatan observasi peneliti mendapatkan berbagai masukan dari pimpinan pondok (Drs. Kaelani Susby serta ustadz dan ustadzah) yang terus memberikan dorongan, sehingga ketika peneliti melakukan obsrvasi serta wawancara mereka menyambut dengan kebahagian dan mereka pun membantu peneliti dalam melakukan penelitian.

E.3. Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan selama satu semester yang dimulai pada tangal 23 sampai 25 Agustus, peneliti melakukan pendidikan lapangan dan penulisan lapangan yang kedua dan yang ketiga yang dilakukan pada tanggal 18 januari dan tanggal 17 April sampai 19 April 2009 yang bertempat di Pondok Pesantren Modern Daar El-Kutub Desa Cikumpay, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Banten Selatan.

Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan proses pengumpulan data, peneliti melakukan 3 hal diantaranya: observasi, wawancara dan studi dokumentasi, karena dengan ketiga hal tersebut peneliti bisa memperoleh data dengan benar dan akurat.
1. Observasi
Observasi bisa diartikan bahwa peneliti berhubungan dengan yang diteliti, hubungan ini dalam bentuk tinggal bersama atau mengamati informan dalam periode waktu lama, atau kerja sama nyata. Ringkasnya, peneliti berusaha meminimalkan jarak antara dirinya dan yang diteliti.

Observasi ini dilakukan sebelum melakukan penelitian, jadi penulis sebelumnya sudah melakukan pengamatan dan pencatatan yang akan dikumpulkan menjadi data. Observasi ini dilakukan secara langsung di Pondok Pesntren Modern Daar El-Kutub Desa Cikumpay, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Banten Selatan.

2. Wawancara (interview)
Wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan berpegang pada pedoman wawancara yang disusun secara terinci. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan secara langsung di PPMDK. Wawancara merupakan salah satu cara untuk mendapatkan data, peneliti melakukannya kepada pihak yang terkait yakni : pemimpin PPMDK, ustadz dan ustadzah, santri dan alumnus.

3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data penelitian dengan melakukan kajian dokumentasi. Studi dokumentasi ini juga dapat diperoleh dari brosur, foto-foto, bagan, denah dan informasi. Serta melakukan observasi langsung ke lapangan untuk melihat keadaan dan kondisi pesantren yang akan diteliti.

F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan di dalam sekripsi ini dibagi menjadi lima bab. Kelima bab tersebut adalah sebagai berikut :
BAB I, dalam bab satu ini berisikan mengenai latar belakng dari masalah yang di angkat oleh peneliti mengenai 3 Model Pembinaan Pondok Pesantren Modern Daar El-Kutub. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti merupakan suatu masalah yang layak untuk diangkat. Karena peneliti melihat pembinaan yang diberikan oleh PPMDK sangat beda dengan sekolah-sekolah umum dan pesantren salafiyah lainnya. Di dalamnya pun terdapat masalah-masalah yang perlu dilihat dan diselesaikan sehingga mempunyai tujuan yang akurat dan tepat. Selanjutnya terdapat kerangka konseptual yang dapat menjelaskan mengenai masalah yang diangkat oleh peneliti, dan ada subjek dan peran peneliti serta sistematika penulisan.

BAB II, Menjelaskan tentang gambaran umum baik sejarah berdirinya PPMDK, letak geografisnya, sistem pendidikan, kurikulum, prinsip-prinsip penddikan, serta mekanisme di dalam mengambil keputusan yang dilakukan oleh PPMDK.

BAB III, Dalam bab tiga ini menjelaskan dan menganalisa mengenai 2 bagian yaitu, bagian pertama mengenai perbandingan tiga model pembinaan, dan bagian kedua mengenai aplikasi tiga model pembinaan. Dari yang telah dijelaskan di latar belakang. Dalam bab tiga ini peneliti membahas perbandingan dan aplikasi mengenai 3 model, diantaranya : Model pembinaan kemampuan akademik, model pembinaan keterampilan hidup, dan model pembinaan moral. Peneliti melakukan dengan mewawancarai dua informan yaitu : inrorman sekunder dan informan primer. Informan sekunder yang terdiri dari pimpinan pondok pesantren dan dewan ustadz dan ustadzah. Informan primer yang terdiri dari : para santri dan alumnus PPMDK.

BAB IV, adalah pembahsan dari permasalahan utama penelitian. Di mana pada bab ini akan menjelasan mengenai temuan-temuan yang dihasilkan di lapangan setelah peneliti melakukan observasi kelapangan dengan mewawancarai informan yang bersangkutan yakni dengan pihak pengelola PPMDK itu sendiri pimpinan pondok (Drs. Kaelany Susby) serta ustadz dan ustadzah, santri dan alumnus. Dari hasil penemuan yang telah dijelaskan pada bab tiga, pada bab IV ini akan dikaitkan dengan teori yang telah didapat oleh peneliti sehingga hasil dari lapangan menjadi lebih tersusun yang disesuaikan dengan teori. Sehingga penelitian lebih akurat dan jelas, peneliti menggunakan teori tindakan sosial.

BAB V, adalah bab terakhir yang menyimpulkan dari apa yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya. Mulai dari latar belakang, permasalahan, konsep dan teori yang berkaitan dengan masalah yang diangkat oleh peneliti disesuiakan dengan apa yang ada di lapangan, peneliti menggunakan teori tentang tindakan sosial. Bab V peneliti menjelaskan tentang kesimpulan, penutup dan saran dari seluruh isi skripsi dengan judul “Model Pembinaan Pondok Pesantren Modern Daar El-Kutub Lebak Banten”.

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Modern Daar El-Kutub
a. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Modern Daar El-Kutub
Mungkin, tidak ada masalah yang lebih kompleks di Indonesia dibanding masalah pendidikan. Kompleksitas pendidikan itu muncul tidak saja karena perubahan-perubahan ekstern yang berasal dari tuntutan dalam skala global, tetapi juga mencuat karena tuntutan perubahan-perubahan intern dalam skala nasional, bahkan lokal. Kompleksitas pendidikan di atas harus segera mendapat jawaban dari yang sadar akan pentingnya pendidikan untuk meningkatkan kualitas manusia dalam rangka pengejawantahan dirinya sebagai kholifah di muka bumi ini. Untuk itu, pesantren sebagai wahana untuk menggembleng mental manusia, yang tentunya pesantren tersebut harus disesuaikan dengan tuntutan zaman tanpa meninggalkan kepesantrenan.

PPMDK pertama berdiri hanya mempunyai 4 murid dan tempat/lokasi yang sangat tidak memungkinkan untuk dijadikan tempat mendidik, tetapi tekad dan niat yang kuat tersebut memicu keinginan serta menumbuhkan pemikiran seorang ustadz yang bernama Drs. Kaelani Susby untuk terus berjuang agar bisa mendirikan sebuah pesantren. Dengan kegetiran dan keyakinan ustadz Drs. Kaeleni Susby tersebut berdirilah sebuah Pondok Pesantren Modern yang bernama “Daar El-Kutub”. Yang artinya berasal dari dua kata yakni : Daar El “rumah” dan Kutub “buku-buku” akan tetapi dua kata tersebut menjadi satu “perkumpulan buku-buku (perpustakaan)”. Dengan diawali oleh 4 murid PPMDK mampu membawa minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke PPMDK dan sampai sekarang tetap eksis. bahkan murid yang masuk melebihi dari sebelumnya. PPMDK berdiri pada hari sabtu tanggal 28 Juli sejak tahun 1990 oleh Ustadz Drs. Kaelani Susby dan juga sekaligus sebagai pemimpin.

Dari berdirinya PPMDK pada hari sabtu tanggal 28 Juli sejak tahun 1990 murid yang awalnya hanya sedikit sekali yaitu 4 orang, seorang kiai yang bernama Drs. Kaelany Susby mampu mempertahankan eksistensi dari pesantren yang beliau dirikan sampe sekarang dan jumlah muridpun semakin meningkat, PPMDK mampu membuat alumni menjadi orang yang berhasil dan sebagian dari mereka mampu mendirikan sebuah pesantren di bawah naungan DK yang dulunya menjadi tempat dia belajar. Mulai dari angkatan pertama dengan meluluskan 2 orang pada tahun 1990 sampai sekarang tahun 2009.

Seperti foto di bawah ini dulu PPMDK melakukan KBM di dalam rumah piminan pondok, karena zaman pun semakin maju maka keberadaan PPMDK pun semakin modern.

Gambar 2.1
Perbedaan suasana belajar dalam keadaan kelas pada
zaman pertama berdirinya PPMDK dan sekarang.
(Suasana Lama) (Suasana Baru)
Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan (18 Januari 2009)

b. Eksistensi Pondok Pesantren Modern Daar El-Kutub
Seperti yang dijelaskan pada sejarah di atas, bahwa PPMDK yang berdiri dengan mendidik 4 santri yang memulai belajarnya di rumah kiai sampai saat ini masih bisa mempertahankan hingga mempunyai beberapa kelas untuk melakukan KBM karena dari waktu ke waktu santri semakin bertambah. Hingga kini, PPMDK masih tetap istiqamah dan konsisten melakukan perannya sebagai pusat pedalaman ilmu-ilmu agama (tafaqquh fi al-din) dan lembaga dakwah Islamiyah. Para alumni DK yang berkemampuan, memiliki kewajiban secara moral untuk mendirikan pesantren baru, dengan model pendidikan yang pernah dialami, atau dengan sedikit modifikasi. Alumni DK tidak semua melanjutkan ke perguruan tinggi seperti dijelaskan di atas, ada 2 orang alumni yang mendirikan pondok pesantren. Mereka berkiprah sendiri dengan mengembangkan ilmu yang mereka dapatkan selama tinggal di PPMDK, yang menjadi pertanyaan adalah apa yang membuat pondok pesantren tetap istiqamah dan konsisten melakukan perannya? Secara garis besar, ada tiga hal yang menjadikan pondok pesantren DK tetap isiqamah dan konsisten, yaitu nilai, sistem, dan materi pendidikan pondok pesantren.

Aspek pertama adalah pada nilai-nilai keislaman dan pendidikan yang terdapat pada pesantren. Hakikat pondok pesantren sebenarnya terletak pada nilai-nilai pondok yang tercermin dalam jiwa pondok itu sendiri sebagaimana dijelaskan di atas. Nilai inilah yang yang akan menentukan falsafah hidup santri. Di PPMDK ada nilai yang lebih populer disebut dengan “panca jiwa pondok”, yaitu keikhlasan, kesederhanaan, berdikari atau mandiri, ukhuwah Islamiyah, dan kebebasan. Jiwa inilah yang menjamin kehidupan pondok pesantren, dan tanpa jiwa ini pesantren akan kehilangan identitas dirinya meskipun mampu mengadopsi berbagai sistem dan materi pendidikan yang selalu disesuaikan dengan zaman. Ibarat manusia, jiwa ini adalah rohnya, ibarat perbuatan, jiwa inilah adalah niat dan bobot keikhlasannya, serta ibarat sholat, jiwa ini adalah kekhusuannya.

Aspek kedua adalah sistem asrama yang penuh disiplin. Sistem asrama ini mendukung terciptanya keterpaduan tri pusat pendidikan; pendidikan sekolah (formal), pendidikan keluarga (informal), dan pendidikan masyarakat (nonformal). Dalam kehidupan pesantren, ketiga unsur tersebut dapat dipadukan. Keluarga mereka adalah para pengasuh, guru (ustadz dan ustadzah), dan sesama santri. Sekolah mereka adalah ketika mereka melakukan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, mesjid atau yang lainnya yang dikelola oleh orang-orang pesantren sendiri, dan masyarakat mereka adalah masyarakat santri.

Aspek ketiga adalah materi. Materi yang diajarkan di PPMDK merepresentasikan kurikulum yang ada. Yaitu kurikulum yang merupakan perpaduan antara ilmu agama (reveald knowledge) dan ilmu kawniyah (acquired knowledge). Jadi di PPMDK telah terjadi integrasi ilmu pengetahuan. Dengan istilah lain, tidak ada dualisme keilmuan dalam dunia pendidikan pesantren.

c. Letak Geografis
PPMDK terletak di Kawasan Wisata pantai Banten Selatan, serta berdekatan dengan BTN kec. Bayah, mengembangkan konsep pendidikan dengan menitik beratkan pada keseimbangan kualitas ilmu dan amal dengan iman dan taqwa sebagai bingkainya.

Adapun fasilitas yang dimiliki oleh PPMDK merupakan milik sendiri yang meliputi Ruang Belajar, Kantor, Perumahan Dewan Ustadz dan ustadzah, Asrama Santri (Santriwan dan Santriwati), Mesjid, Aula, Dapur Umum, Koperasi Santri (Koperasi santriwan dan koperasi santriwati), Ruang Komputer, Lab IPA, IPS. Sarana Olah Raga, dan lain-lain. Antara asrama santriwan dan asrama santriwati berada diantara aula yang biasanya digunakan untuk melaukan kegiatan sholat berjama’ah oleh santriwati, santriwan melakukan sholat berjama’ah di mesjid yang berada di depan gerbang masuk ke wilayah PPMDK.

Gambar 2.2

Peta Pondok Pesantren Modern Daar El-Kutub
Bayah Lebak Banten Selatan
Pulogadung Serang Pandeglang
BTN
Suka Bumi Bayah Ciwaru Malingping Saketi
Sumber : Pengamatan pribadi (26 April 2009)

d. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Modern Daar El-Kutub
Dalam pengertian umum, yang dimaksud dengan sistem adalah jumlah keseluruhan dari bagian-bagiannya yang saling bekerja sama untuk mencapai hasil yang diharapkan berdasarkan kebutuhan yang telah ditentukan. Setiap sistem pasti mempunyai tujuan, dan semua kegiatan dari semua komponen atau bagian-bagiannya diarahkan dari tercapainya tujuan tersebut. Karena itu, proses pendidikan merupakan sebuah sistem yang disebut sebagai sistem pendidikan.

Secara teoritis, suatu sistem pendidikan terdiri dari komponen-komponen atau bagian-bagian yang menjadi inti dari proses pendidikan. Adapun komponen-komponen atau faktor-faktor tersebut terdiri dari :
1. Tujuan
Tujuan disebut juga cita-cita pendidikan yang berfungsi untuk memberikan arah terhadap semua kegiatan dalam proses pendidikan
2. Peserta Didik
Fungsinya adalah sebagai objek yang sekaligus sebagai subjek pendidikan. Sebagai objek, peserta didik tersebut menerima perlakuan-perlakuan tertentu, tetapi dalam pandangan pendidikan modern, peserta didik lebih dekat dikatakan sebagai subjek atau pelaksanaan pendidikan.
3. Pendidik
Pendidikan berfungsi sebagai pembimbing pengaruh, untuk menumbuhkan aktivitas peserta didik dan sekaligus sebagai pemegang tanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan.
4. Alat Pendidik
Maksudnya adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang berfungsi untuk mempermudah atau mempercepat tercapainya tujan pendidikan.
5. Lingkungan
Maksudnya lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses pendidikan lingkungan berfungsi sebagai wadah atau lapangan.

Faktor-faktor atau kompoen sistem pendidikan di atas, saling berkaitan erat satu dengan yang lainnya, dan merupakan suatu kesatuan yang tak terpisahkan.

Sistem pendidikan di PPMDK bisa dilihat dari 2 bentuk pendidikan. Diantaranya :

1. Pendidikan yang bersifat amaliah.
Pendidikan yang bersifat amaliah seperti : penerapan tingkah laku, pembinaan moral, seperi : KIai, ustadz dan ustadzah memberikan contoh mengenai sopan santun, bagaimana tata cara ketika masuk kerumah orang, ketika kita melewati orang yang lebih tua. Pengasuh memberikan contoh yang lebih mengarah kepada keagamaan. Praktek sholat sering dilakukan ketika melakukan praktek-praktek ujian lisan dan itu diikuti oleh semua santri. Biasanya santri setiap malam melakukan pengajian dan itu dilakukan terus-menerus (kontinyuitas). Selain itu juga di PPMDK sangat banyak kegiatan yang mengarah kepada kegiatan keagamaan.
2. Pendidikan yang bersifat non amaliah
Pendidikan yang bersifat non amaliah lebih bersifat ilmu pengetahuan. Seperti di PPMDK ada kegiatan-kegiatan diluar jam pelajaran (ekstrakulikuler) seperti : Keorganisasian. Dari segi kegiatan mereka mengatur sendiri (self government). Kegiatan-kegiatan itu selalu didasari oleh nilai-nilai dan ajaran-ajaran yang ditanamkan dalam kehidupan santri di pesantren di bawah bimbingan dan pimpinan kIai, ustadz dan ustadzah. Seperti kegiatan atau keorganisaian OPPM (Organisasi Pondok Pesantren Modern), organisasi kepramukaan dan sebagainya.

PPMDK menggunakan sistem pendidikan yang melakukan kegiatan sepanjang hari. Santri tinggal di asrama dalam satu kawasan bersama kiai, ustadz dan ustadzah. Oleh karena itu, hubungan yang terjalin antara santri, ustadz/ustadzah dan kiai dalam proses pendidikan berjalan intensif, tidak sekedar hubungan formal kiai,ustadz/ustadzah dan santri di dalam kelas saja melainkan terjadi juga hubungan di luar kelas.
Sistem pendidikan di atas membawa banyak keuntungan, antara lain :keuntungan pertama adalah pengasuh mampu melakukan pemantauan secara leluasa hampir setiap saat terhadap perilaku santri baik yang terikat dengan upaya pengembangan intelektualnya maupun kepribadiannya. Keuntungan kedua adalah adanya proses pembelajaran dengan frekuensi yang tinggi dapat memperkokoh pengetahuan yang diterimanya. Dalam teori pendidikan diakui bahwa belajar satu jam yang dilakukan lima kali lebih baik dari pada belajar selama lima jam yang dilakukan sekali, padahal rentang waktunya sama. Keuntungan ketiga adalah adanya proses pembiasaan akibat interaksinya setiap saat baik sesama santri, santri dengan ustadz dan ustadzah, ataupun antara santri dengan pimpinan pondok (Kiai). Hal ini merupkan kesempatan terbaik misalnya untuk mentradisikan percakapan bahasa Arab, bahasa Inggris guna membentuk lingkungan bahasa Arab ( bi’ah ‘Arabiyah) atau secara general lingkungan bahasa (bi’ah Lughawiyah) baik bahasa Arab maupun bahasa Inggris.

Sistem pendidikan yang ada di PPMDK merupakan perpaduan antara sistem kepondokan (intern) dan sistem belajar mengajar yang telah ditetapkan oleh dinas pendidikan pemerintah (ekstern), akan tetapi sistem yang lebih dominan yaitu sistem kepondokan yang disebut dengan “Tarbiyatul Mu’alimin al-Islamiyah” (Pendidikan guru-guru Islam).

Sistem pendidikan/Program pendidikan di PPMDK saat ini hanya diperuntukan bagi jenjang SLTP dan SLTA, yaitu :
1) Program pendidikan enam tahun (Lulusan SD/MI)
2) Program 4 tahun (Lulusan MTs/SMP)
Pihak PPMDK tidak mewajibkan santri untuk mengikuti pendidikan selama 6 tahun, lulusan dari SMP/Tsanawiyah hanya mengikuti selama 4 tahun itu semua diserahkan pada diri setiap santri karena tidak semua santri bisa melanjutkan pendidikan yang sudah ditetapkan. pihak PPMDK tidak memaksa untuk semua kalangan, semua minat dan keinginan untuk terus melanjutkan pendidikan di PMDK sampai menjadi alumnus sepenuhnya diserahkan kepada pihak yang terkait (wali murid/orang tua santri dan santri sendiri).

B. Sistem Pembelajaran Di Pondok Pesantren Modern Daar El-Kutub

Pada dasarnya di PPMDK hanya mengajarkan ilmu dengan sumber kajian atau mata pelajarannya kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab. Sumber-sumber tersebut mencakup Al-Qur’an beserta tadjwid dan tafsirnya, aqa’id dan ilmu kalam, fiqh dan ushul fiqih, al-Hadist dan mutholaah, bahasa arab dengan seperangkat ilmu alatnya, seperti nahwu, sharaf, bayan dan ma’ani. Sumber-sumber kajian ini bisa disebut sebagai “kitab-kitab kuning”. Di Pondok Pesantren kebanyakannya khususnya PPMDK masih juga menggunakan tiga metode diantaranya : metode wetonan, sorogan, dan hafalan. Metode wetonan merupakan metode pembelajaran di mana para santri mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling kiai/ustadz dan ustadzah yang menerangkan pelajaran, santri menyimak kitab masing-masing dan mencatat jika perlu. Seperti belajar mengenai kitab-kitab seperti yang dijelaskan di atas.

Gambar : 2.3 Ketika santri melakukan KBM
dengan metode wetonan


Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan (18 Januari 2009)

Metode sorogan sedikit berbeda dari metode wetonan di mana santri menghadap guru (kiai, ustadz/ustadzah) satu per satu dengan membawa kitab yang dipelajari sendiri. Kiai membacakan dan menerjemahkan kalimat demi kalimat; cara membaca yang benar, tergantung materi yang diajukan dan kemampuan santri. Adapun metode hafalan berlangsung di mana santri menghafal teks atau kalimat tertentu dari kitab yang dipelajarinya. Materi hafalan biasanya dalam bentuk syair nazham. Sebagai pelengkap metode hafalan sangat efektif untuk memelihara daya ingat (memorezing) santri terhadap materi yang dipelajari, karena dapat dilakukan baik di dalam maupun di luar kelas. PPMDK juga menggunakan tiga metode tersebut yakni (metode wetonan, sorogan dan hafalan). Akan tetapi selain tiga metode tersebut PPMDK menggunakan metode lainnya seperti : metode ceramah, memberikan tugas, diskusi, belajar di luar kelas atau belajar mengenai alam.

Ustadz dan ustadzah sebelum melakukan KBM di dalam kelas, mereka membuat silabus sesuai dengan mata pelajaran dan metode apa yang harus digunakan sehingga ketika melakukannya tidak keluar dari aturan yang semestinya. Dalam rangkaian sistem pengajaran, metode menempati urutan sesudah materi (kurikulum). Penyampain materi tidak berarti apapun tanpa melibatkan metode. Metode selalu mengikuti materi, dalam arti menyesuaikan dengan bentuk dan coraknya, sehingga metode mengalami transformasi bila materi yang disampaikan berubah. Akan tetapi, materi yang sama bisa dipakai metode yang berbeda-beda.

Seperti halnya materi, hakikat metode hanya sebagai alat, bukan tujuan. Untuk melealisir tujuan sangat dibutuhkan alat. Bahkan alat merupakan syarat mutlak bagi setiap kegiatan pendidikan dan pengajaran. Bila kiai, ustadz dan ustadzah mampu memilih metode dengan tepat dan mampu menggunakannya dengan baik, maka mereka memiliki harapan besar terhadap hasil pendidikan dan pengajaran yang dilakukan. Mereka tidak sekedar sanggup mengajar santri, melainkan secara profesional berpotensi memilih model pengajaran yang paling baik diukur dari perspektif didaktik-methodik. Maka proses belajar mengajar bisa berlangsung secara efektif dan efisien yang menjadi pusat perhatian pendidikan modern sekarang ini.
Di PPMDK, santri akan diajarkan tentang berbagai disiplin ilmu, baik yang menyangkut ilmu dunia dan ilmu-ilmu yang berhubungan dengan akhirat. Santri juga dibekali dengan ilmu tarbiyah atau ilmu mengajar, dan santri juga mendapatkan berbagai macam keterampilan dan kecakapan-kecakapan yang sangat berguna dalam kehidupan masyarakat.
Ada dua ciri pendekatan sistem pengajaran, yakni sebagai berikut :
1. Pendekatan sistem merupakan suatu pendapat tertentu yang mengarah ke proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar adalah suatu penataan yang memungkinkan guru dan siswa berinteraksi satu sama lain untuk memberikan kemudahan bagi siswa belajar.
2. Penggunaan metodologi khusus untuk mendesain sistem pengajaran. Metodologi khusus itu terdiri atas prosedur sistematik perencanaan-perancangan, pelaksanaan, dan penilaian keseluruhan proses belajar mengajar. Kegiatan tersebut diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus dan didasarkan pada penelitian dalam belajar dan komunikasi. Penerapan metodologi tersebut akan menghasilkan suatu sistem belajar yang memanfaatkan sumber manusiawi dan non manusiawi secara efisien dan efektif. Dengan demikian, pendekatan sistem merupakan suatu panduan dalam rangka perencanaan dan penyelenggaraan pengajaran.

Jadi pada umumnya sistem pembelajaran di PPMDK sama halnya dengan sekolah-sekolah lain, seperti mengikuti program UAS dan UAN, akan tetapi di pondok selain mengikuti program tersebut masih menyelenggarakan program ujian lain seperti ujian depag dan kepondokan baik tertulis maupun lisan, semua santri wajib mengikuti dan ada juga pembelajaran lain seperti kegiatan ekstrakulikuler di luar jam pelajaran. Dalam melakukan KBM yang ditarapkan di PPMDK antara santriwan dan santriwati disatukan, akan tetapi kegiatan-kegiatan yang lainnya dipisahkan. Dalam melakukan KBM juga santri diwajibkan memakai seragam yang sudah disediakan di PPMDK. Kegiatan belajar mengajar di PPMDK di mulai dari hari sabtu, dan hari jum’at digunakan untuk istirahat (libur).

Gambar 2.4 Sistem kegiatan pembelajaran di PPMDK
yang dilakukan di dalam kelas



Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan (18 Januari 2009).

Di atas telah dijelaskan mengenai tiga metode yaitu metode sorogan, wetonan dan hafalan biasanya KBM dilakukan di rumah pimpinan pondok, mesjid, kelas dan aula yang biasanya dipakai untuk kegiatan seperti perkumpulan semua santri ketika akan melakukan suatu kegiatan salah satunya pada saat pemberitahuan tentang hari libur, melakukan aktivitas belajar, kosidahan, nasyid, drum band atau kegiatan-kegiatan yang lainnya yang berkaitan dengan kesiswaan.

C. Kurikulum Pondok Pesantren Modern Daar El-Kutub

Dalam pengembangan kurikulum, menurut Tyler, semua langkah dan prosedur yang ditempuh harus berpegangan kepada prinsip bahwa kebermaknaan kurikulum akan ditentukan oleh empat asas utama, sebagai berikut :
1) Falsafah bangsa, masyarakat, sekolah dan guru-guru (aspek filosofis). Nilai-nilai filosofis ini nampaknya telah tertanam secara kuat di dunia pesantren walaupun dengan artikulasi yang khas. Misalnya, cinta tanah air merupakan indikator keimanan seorang muslim sebagai wujud nasionalisme; tingginya makna jama’ah di pesantren sangat relevan dengan karakteristik masyarakat bangsa Indonesia suka gotong-royong dan selalu bersatu; serta ketaatan terhadap guru menjadi bagian dari berkahnya ilmu seorang murid.
2) Harapan dan kebutuhan masyarakat, termasuk orang tua, kebudayaan masyarakat, pemerintah, agama, ekonomi, dan sebagainya (aspek sosiologis)
3) Hakikat anak antara lain taraf perembangan fisik, mental, psikologis, emosional, sosial serta cara anak belajar (aspek psikologis)
4) Hakikat pengetahuan atau disiplin ilmu (bahan pelajaran)
Kurikulum yang ditetapkan di PPMDK adalah kurikulum terpadu antara bidang studi agama yang dikemas dalam metode pesantren modern dengan bidang studi umum sesuai dengan ketentuan kurikulum Nasional serta kurikulum yang berkelanjutan (contiunitas) yakni yang tidak membedakan antara ilmu umum dan ilmu agama.

Jalan terang tersebut adalah jalan yang dilalui oleh pendidik dan pembimbing dengan orang yang dididik atau dibimbingnya guna dapat mengembangkan pengetahuan keterampilan serta sikap mereka. Dalam pasal 37 ayat (1) dan (2) dinyatakan bahwa isi kurikulum setiap jenis dan jalur serta jenjang pendidikan (dari pendidikan dasar sampai dengan perguruan tinggi) wajib memuat pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan dan bahasa).

Addamadsy Sarhan dan Munir Kamil mengartikan kurikulum sebagai “sejumlah pengalaman pendidikan”, budaya, sosial, olah raga, dan seni yang disediakan oleh lembaga pendidikan bagi murid-muridnya baik di dalam maupun di luar lembaga dengan tujuan untuk menolongnya agar berkembang secara menyeluruh dalam segala segi, serta merubah tingkah laku mereka atau santri sesuai dengan tujuan pendidikan. Dengan definisi ini, pengalaman yang diperoleh anak santri diharapkan mampu menciptakan interaksi antara individu dan lingkungan sekitarnya, sehingga dengan melalui interaksi tersebut dapat melakukan perubahan pada tingkah lakunya. Oleh karena itu sebenarnya tugas dari lembaga pendidikan bukan hanya sekedar menyediakan pengalaman saja, melainkan juga suasana serta kondisi yang sesuai agar terwujud interaksi tersebut sekaligus memberikan peluang untuk memperoleh pengalaman.

Dari definisi kurikulum di atas, juga dapat dipahami bahwa sesungguhnya dalam kurikulum itu ada beberapa isi yang dapat dikelompokan menjadi 4 aspek, sebagaimana yang dicetuskan oleh Hilda Taba dan Ralph W. Tyler, yaitu aspek tujuan, materi pelajaran, metode, dan evaluasi, dengan penjelasan sebagai berikut.

1. Tujuan pendidikan; aspek tujuan disini mencoba mengarahkan atau menunjukan sesuatau yang hendak dituju dalam proses belajar. Berbicara tentang tujuan pendidikan maka erat kaitannya dengan tujuan hidup manusia, karena pendidikan hanyalah sebagai suatu alat yang digunakan oleh manusia guna memelihara kelanjutan hidupnya, baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat.
2. Materi pelajaran; materi pelajaran dalam kurikulum merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dengan yang lainnya, karena materi pelajaran berguna untuk memberikan jawaban terhadap apa yang dikerjakan dalam mencetak manusia yang diharapkan dalam tujuan pendidikan. Secara pragmatis, proses pendidikan Islam mengandung materi pelajaran yang berorientasi kepada kebutuhan manusia atau anak didik selaku hamba Allah SWT yang harus menyembahnya melalui kelengkapan ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum yang terintegrasikan menjadi suatu acuan sebagai tempat kembalinya permasalahan hidup yang cenderung untuk berkembang terus sampai meninggal dunia. Sehingga materi pelajaran yang terdapat pada kurikulum tidak hanya berkisar pada pengetahuan agma saja maupun pengetahuan mum saja, melainkan mencakup keduanya dan itu merupakan sudah keharusan dikuasai oleh peserta didik.
3. Metode; metode merupakan suatu cara yang digunakan oleh pendidik atau pembimbing dalam mentransfer pengetahuan kepada peserta didik yang diharapkan melalui cara tersebut proses transfer pengetahuan dapat diterima dengan baik. Dalam hal ini terdapat alternatif metode yang tepat yang dapat digunakan dalam menyampaikan pendidikan agama khususnya dan pengetahuan umum pada umumnya.
4. Evaluasi; evaluasi merupakan bagian dari kurikulum yang berupa penilaian untuk mengetahui seberapa jauh tujuan-tujuan pendidikan tersebut dapat dicapai, timbal balik yang dapat kita peroleh, yaitu apabila dari hasil evaluasi diketahui tingkat pencapaiannya rendah, maka haruslah ada introspeksi diri di mana kekeliruan yang telah kita perbuat.
Dengan demikian evaluasi dapat dipandang dalam dua fungsi, yaitu :
a. Sebagai upaya guna mengetahui seberapa jauh tujuan pendidikan tercapai.
b. Sebagai alat penangguh, artinya dapat digunakan untuk mengekalkan tingkah laku yang diinginkan oleh pendidikan, baik dengan ganjaran maupun ujian.
Selanjutnya ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam kurikulum, yaitu :
1. Fleksibilitas program. Artinya dalam setiap perbuatan program harus memperhatikan kondisi anak didik, baik dari segi kecerdasan, kemampuan, pengetahuan maupun yang lainnya, sehingga program tersebut dapat terlaksana dengan baik.
2. Berorientasi pada tujuan yang hendak dicapai. Salah satu tujuan yang akan dicapai setelah mempelajari pendidikan Islam adalah semakin dekat kepada Allah SWT, karena orang yang berilmu pengetahuan akan mampu mengenal Allah SWT sesuai dengan keilmuan masing-masing. Dengan kata lain, orang yang bertambah ilmu pengetahunnya akan semakin kuat imannya dan pada akhirnya akan semakin dekat kepada Allah SWT, sedangkan orang yang kuat imannya akan selalu terdorong untuk menambah ilmu pengetahuan.
3. Efisiensi dan efektifitas. Kurikulum yang dibuat hendaknya dapat dibuat seefisien mungkin dan efektif mencetak peserta didik ynang memiliki tingkah lakuserta emosi yang positif sehingga kurikulum tersebut mempunyai pengaruh dalam pendidikan jiwa dan kesempurnaan jiwanya.
4. Kontinyuitas (keberlanjutan). Suatu kurikulum secara ideal hendaknya dibuat secara berkesinambungan, yaitu mempunyai keterkaitan antara ilmu yang satu denga ilmu yang lain sehingga tidak menampakan perbedaan antara ilmu agama dengan ilmu umum.

Kurikulum dapat dipandang sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan intelektual santri, khususnya kemampuan berpikir agar mereka dapat memecahkan segala masalah yang dihadapinya. Maka pendidikan diharapkan dapat mengubah setiap individu manusia dalam berpikir, berperasaan, dan berbuat. Oleh karena itu, pada hakikatnya dengan penggunaan kurikulum yang baik memiliki peranan dapat mengubah masyarakat pada umumnya serta memberi corak baru kepada masyarakat dalam bertindak dan berfikir.

PPMDK masih juga menggunakan kurikulum CBSA, KBK dan menggunakan kurikulum baru yaitu KTSP karena menurutnya kurikulum lama yang sudah tidak lagi diterapkan oleh pemerintah tidak seharusnya untuk dilupakan, dan harus menggunakan kurikulum baru karena kurikulum juga disesuaikan dengan berhasil tidaknya dilaksanakan dan bisa diterima oleh santri/murid karena setiap sekolah mempunyai otonomi aturan yang disesuaikan dengan keberhasilan untuk muridnya/anak didiknya. CBSA masih mepunyai dampak yang baik untuk kita sebagai pengajar dan muridpun lebih nyaman untuk diterapkannya CBSA karena di dalamnya berperan dan saling melengkapi.

D. Prinsip-Prinsip Pendidikan Pondok Pesantren Modern Daar El-Kutub
Prinsip pendidikan di PPMDK “di atas dan untuk semua golongan” (tidak berpartai). Pendidikan di PPMDK sama sekali tidak ada hubungan dan sangkut pautnya dengan sesuatu partai atau golongan. Pengasuh dan piminan tidak berpartai. Itulah sebabnya para pelajar terdiri dari putra-putri dari bermacam-macam partai dan golongan. Jadi, santri diberikan kebebasan untuk tidak memihak dalam satu aliran atau faham seperti Muhammadiyah, Persis, Hizbu-thahrir, Nahdaotul Ulama, PPMDK bersifat netral adanya kebebasan untuk semua santri dan pengelola PPMDK, hanya saja PPMDK mempunyai satu tujuan yaitu membentuk dedikasi (pengabdian) yang tinggi untuk agama dan bangsa. Serta tidak memandang murid dari sebelah mata artinya pihak pengelola tidak membanding-bandingkan antara santri baik dari kelas atas, menengah ataupun kelas bawah, baik dalam segi pemberian hukuman, atau di dalam memilih suatu kegiatan.

Semua santri disamaratakan dan tidak ada perbedaan siantaranya. Biasanya PPMDK mengadakan suatu kegiatan (khutbatul Arsy) yaitu : khutbah perkenalan mengenai segala hal yang berhubungan dengan pondok yang disampaikan oleh pimpinan pondok Daar El-Kutub kepada para santri baru agar mereka dapat beradaptasi dengan baik di lingkungan baru yang mereka tempati, sehinga santri bisa lebih mengenal keadaan PPMDK lingkunganya, pribadi santri juga serta pihak pengelola, dan aturan apa saja yang harus dilaksanakan dan mana saja yang tidak boleh dilaksanakan. Sebagaimana Nurcholis Madjid (dalam Nata, 2001 : 113) menjelaskan setidaknya ada dua belas yang meekat pada pendidikan pesantren, yaitu : (1) teosentrik; (2) ikhlas dalam pengabdian; (3) kearifan; (4) kesederhanaan (sederhana bukan berarti miskin); (5) kolektifitas (barakatul jama’ah); (6) mengatur kegiatan bersama; (7) kebebasan terpimpin; (8) kemandirian; (9) tempat menuntut ilmu dan mengabdi (thalabul ‘ilmi Lil ‘ibadah); (10) mengamalkan ajaran agama; (11) belajar di pesantren untuk mencari sertifikat/izazah saja; dan (12) kepatuhan terhadap kyai.
Kehidupan di dalam Pondok Pesantren Modern Daar El-Kutub dijiwai oleh suasana-suasana yang dapat kita simpulkan dalam panca jiwa pondok sebagai berikut :
1. Jiwa Keikhlasan
Sepi ing pamrih (tidak karena dorongan oleh keinginan memperoleh keuntungan-keuntungan tertentu) semata-mata karena keinginan untuk beribadah. Hal ini meliputi segenap suasana kehidupan di pondok pesantren. Kyai ikhlas dalam mengajar, para santri ikhlas dalam belajar, dan juga segenap pengurus ikhlas dalam membantu. Dengan demikian segala gerak gerik pondok pesantren berjalan dalam suasana keikhlasan yang mendalam.

2. Jiwa kesederhanaan
Kehidupan dalam pondok diliputi oleh suasana kesederhanaan, tetapi agung. Sederhana bukan berarti pasif, (menerima apa adanya) dan bukan kemelaratan atau kemiskinan, tetapi mengandung unsur kekuatan dan ketabahan hati, penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan hidup dengan segala kesulitan, maka dibalik kesederhanaan itu terpancarlah jiwa besar, berani maju terus dalam menghadapi perjuangan hidup, dan pantang mundur dalam segala keadaan. Bahkan disinilah hidup tumbuhnya mental/karakter yang kuat menjadi syarat bagi suksesnya perjuangan dalam segi kehidupan. Santri yang tinggal di pondok tidak ada yang merasa dia dari kelas apapun semua rata, tidak ada yang diutamakan walaupun dia beasal dari kelas atas, jadi jiwa kesederhanaan hal yang penting yang harus diterapkan karena itu hal yang enting dalam embentukan diri seorang santri yang tinggal di asrama tidak ada rasa yang membuat diri orang merasa rendah. Dengan tu di pondok setiap tahun ketika santri baru masuk diberikan pengarahan mengeai iwa pondk apa saja yang harus ditaati oleh semua santri.

3. Jiwa kesanggupan Menolong Diri Sendiri atau Berdikari
Didikan inilah yang merupakan senjata hidup yang ampuh. Berdikari bukan saja dalam arti bahwa santri selalu belajar dan berlatih mengurus segala kepentingan diri sendiri tetapi juga pondok pesantren itu sendiri sebagai lembaga pendidikan tidak pernah menyadarkan kehidupannya kepada bantuan dan belas kasihan orang lain. Tetapi bukan berarti bersikap kaku sehingga menolak orang-orang yang hendak membantunya, bahkan menerima dengan senang hati.

Santri dengan tinggal di pondok esantren Daar El-Kutub harus mempunyai rasa tolong menolong dengan sesama karena kita hidup dimanapun tidak bisa sendiri atau tanpa bantuan orang lain. Kebersamaan dengan santri tinggal di ondok Daar El-Kutub membuat diri mereka mempunyai rasa kerja sama menghargai, tolong menolong karena santri tinggal dalam satu asrama yang jumlahnya ada yang 24, 25, 26.
4. Jiwa Ukhuwah Islamiyah
Kehidupan di Pondok Pesantren Modern Daar El-Kutub diliputi suasana kesederhanaan serta persaudaraan yang akrab, sehingga segala kesenangan dirasakan bersama dengan jalinan perasaan keagamaan. Ukhuwah (persaudaraan) ini, bukan saja selama di Pondok Pesantren Modern Daar El-kutub itu sendiri, tetapi juga mempengaruhi kearah persatuan umat dalam masyarakat sepulangnya dari pondok.

5. Jiwa Bebas
Bebas dalam berfikir dan berbuat, bebas dalam menentukan masa depannya, dalam memilih jalan hidup di dalam masyarakat kelak bagi para santri, dengan berjiwa besar, dan optimis dalam menghadapi kehidupan. Kebebasan itu bahkan sampai pada bebas dari pengaruh asing atau kolonial. Hanya saja dalam kebebasan ini sering kali kita temui unsur-unsur negatif, kebebasan itu disalahgunakan, sehingga terlalu bebas, dan akhirnya kehilangan arah dn tujuan atau prinsip, maka kebebasan ini harus dikembalikan pada aslinya, yaitu kebebasan di dalam garis-garis disiplin yang positif, dengan penuh tanggung jawab, baik di dalam kehidupan pondok pesantren itu sendiri maupun di dalam kehidupan masyarakat.Kebebasan ini harus selalu didasarkan kepada ajaran-ajaran agama yang benar berandaskan kepada kitab dan sunnah.

Jiwa yang menguasai kehidupan pondok pesantren itulah yang dibawa oleh santri sebagai bekal pokok dalam kehidupannya di dalam masyarakat. Dan jiwa pondok pesantren inilah yang senantiasa dihidup-hidupkan, dipelihara dengan sebaik-baiknya. Di Pondok Pesantren Daar El-Kutub tidak menerapkan rasa otoritas seorang pemimpin akan tetapi di pondok menerapkan sistem demokratis untuk mengambil angkah apapun baik mengenai santri, permasalahan yang terjadi di pondok dalam segi apapun adanya musyawarah yang dipimpin oleh mudir (pimpinan pondok) ang dihadiri oleh pihak yang bekaitan. Pondok Daar El-Kutub memberikan kebebasan kepada siapapun tidak ada keterpaksaan yang diterapkan hanya keikhlasan dari setiap orang yang ada di lingkungan pesantren.
Sumber : Hasil Dokumentasi PPMDK

E. Mekanisme Pengambilan Keputusan Di Pondok Pesantren Modern Daar El-Kutub.
PPMDK dalam mengambil keputusan lebih mengarah pada model pembuatan keputusan partisipasif yang dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan pendidikan dan pengajaran pesantren. Dalam keputusan partisipasif, pihak yang paling kompeten dilibatkan adalah kyai, guru yang dari luar ustadz dan ustadzah sebagai ujung tombak pendidikan pesantren. Dengan demikian, secara operasional keputusan partisipasif mengandung arti partisipasi guru, kyai, ustadz dan ustadzah atau pihak lain dalam pembuatan keputusan tentang hal-hal yang mempengaruhi aktifitas atau tugas pekerjaan mereka di pesantren.

Model pengambilan keputusan di PPMDK sangat demokratis, ketika terjadi suatu masalah di PPMDK baik dari segi kurikulum, keadaan lingkungan, mengenai tingkah laku anak santri dan sebagainya, untuk menyelesaikan semua masalah yang terjadi pihak yang bersangkutan atau pengelola pondok itu sendiri mengadakan perkumpulan di kantor, sehingga untuk mengambil keputusan di dalam memecahkan suatu masalah tersebut bukan dari sebagian pihak, melainkan atas dasar kesepakatan yang baik untuk diterapkan, seperti halnya aturan apa yang akan diterapkan di Pondok Pesantren Modern daar El-kutub. Contoh lain ketika murid (santri) melakukan kesalahan seperti melanggar bahasa, kabur dari pondok tidak mematuhi peraturan pondok maka akan ada sanksi yang harus diterima. Akan tetapi hal itu bukan hanya ditangani oleh kyai, ustadz dan ustadzah saj melainkan oleh anak santri itu sendiri karena mereka mempunyai kewenangan dalam megatasi masalah tersebut.

Di PPMDK ada organisasi OPPM (Organisasi Pondok Pesantren Modern) yang di dalamnya terstruktur sebuah bagian-bagian seperti. Ketua, wakil, sekertaris, bendahara, bagian keamanan, bagian keputrian, bagian bahasa, bagian koperasi, bagian kesehatan dan yang lainny. Murid yang melakukan pelanggaran seperti kabur dan merokok langsung ditangani oleh bagian keamanan dan pengasuhan pusat. Akan tetapi kyai, ustadz dan ustadzah ketika memberikan hukuman tidak langsung mengeluarkan anak santri tersebut, melainkan memberikan teguran, ancaman, dan teguran. Dari segi pembinaan, memberikan pengarahan atau hukuman yang dierapkan di PPMDK sangat mengarahkan anak santri untuk bisa lebih disiplin, dan bisa mentaati peraturan yang ada di dalamnya. Akan tetapi semua itu tergantung pada diri anak santri karena setiap santri mempunyai kepribadian yang berbeda sesuai dengan latar belakang yang mereka miliki. Santri yang tidak bisa mentaati peraturan yang sudah diterapkan di PPMDK mereka akan mendapatkan teguran, ancaman dan hukuman karena semua itu akan bisa membuat diri anak tidak lagi melanggar aturan.
1. Teguran : Teguran merupakan tindakan pendidik untuk mengoreksi pencapaian tujuan pendidikan oleh anak didik. Biasanya teguran digunakan apabila anak didik tidak atau kurang bertingkah laku sesuai dengan perintah atau larangan. Teguran perlu disertai dengan usaha mengadakan anak didik akan ketidaktepatan tingkah lakunya dan akibatnya, agar ia menerima teguran itu dengan rela hati. Kasus yang dilakukan oleh santri seperti : Tidak memakai bahasa seperti Bahasa inggris dan arab karena dilingkungan PPMDK sehari-hari memakai dua bahasa, merokok, kabur dari pondok dan sebagainya.

2. Ancaman : Ancaman ialah tindakan pendidik mengoreksi secara keras tingkah laku anak didik yang tidak diharapkan, dan disertai perjanjian jika terulang lagi akan diberi hukuman. Ancaman merupakan kelanjutan dari teguran. Ancaman lazimnya menimbulkan ketakutan, dan menimbulkan kemungkinan anak didik menerima karena mengerti, atau anak didik menerima karena takut atau anak didik menolak karena tidak mau dipaksa. Usahakan agar ancaman digunakan pada saat yang tepat, misalnya pelanggaran berulang kali dan cukup berat, dan jangan membiasakan diri untuk selalu menggunakan alat ini. Teguran kadang tidak membuat anak santri jera akan kesalahannya, mereka terus mengulang kesalahannya seperti kabur, merokok, dan melanggar bahasa.
3. Hukuman : Hukuman merupakan alat pendidikan istimewa, hukuman ialah tindakan pendidik terhadap anak didik karena melakukan kesalahan, dan dilakukan agar anak didik tidak lagi melakukannya. Berat ringannya hukuman bergantung pada tujuan yang hendak dicapai dan keadaan anak didik. Hukuman yang diberikan pada santri yang melanggar bahasa seperti memakai kerudung merah, hijau, ungu, dijemur begitu juga ketika santri merokok dan kabur mereka menerima hukuman seperti dijemur, dibotak, diberikan kesempatan kedua kali akan tetapi hukuman tersebut tidak membuat diri siswa sadar maka pihak pondok memanggil orang tua, apabila sagala cara sudah diberikan baik peringatan, hukuman dan sebagainya, pihak pesantren langsung memberakn tanggung jawabnya kepada pihak yang lebih bersangkutan, yaitu wali santri itu sendiri. Karena Pondok Pesantren Modern Daar El-Kutub bukan sekolah yang untuk mendidik anak-anak yang tidak mengikuti aturan yang sudah diterapkan di dalam lingkungan PPMDK.
BAB III
Tiga Model Pembinaan di Pondok
Pesantren Modern Daar El-Kutub

A. Pengantar
Dalam bab ini akan memaparkan mengenai dua bagian, yaitu : bagian pertama mengenai bagaimana model pembinaan di PPMDK, dan bagian kedua mengenai perbandingan tiga model pembinaan. Di dalam perbandingan akan membahas dan melihat dari segi kelebihan dan kekurangan dari setiap model pembinaan yang disebutkan di atas, karena dari ketiga model pembinaan memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh setiap model pembinaan berbeda-beda, karena diantara tiga model pembinaan mempunyai fungsi serta peranan yang akan dijalankan dan diterapkan di lingkungan PPMDK. Dari ketiga model pembinaan akan dipaparkan di dalam bab tiga ini baik dari segi yang berisikan mengenai materi, metode, media, dan kurikulum yang digunakan di PPMDK. Dari setiap model pembinaan akan dipaparkan mengenai perbedaan-perbedaan diantaranya. Seperti : model pembinaan kurikulum melihat dari materi, model, metode, dan media yang digunakan. Model pembinaan keterampilan hidup seperti penerapan dalam menggunakan 2 bahasa (bahasa Arab dan bahasa Inggris). Dan modal peminaan moral seperti mewajibkan sholat berjama’ah dan wajib bisa membaca ayat suci Al-qur’an.
B. Model Pembinaan Pondok Pesantren Modern Daar El-Kutub : Mempersiapkan Berwawasan Agama

B. 1. Model pembinaan kemampuan akademik
Model pembinaan akademik yang diterapkan di PPMDK disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh PPMDK yaitu :
a. Terwujudnya generasi yang unggul menuju terbentuknya khair ummah
b. Terbentuknya mukmin-muslim yang berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas, dan berpikiran bebas, serta berkhidmat kepada masyarakat
c. Lahirnya ulama intelek yang memiliki keseimbangan dzikir dan pikir
d. Terwujudnya warga negara yang berkepribadian Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.

Model pembinaan akademik merupakan model yang disebut dengan istilah “mengisi air dalam botol yang kosong”. seseorang yang menerapkan sitilah seperti itu, akan lebih berusaha dalam mencapai sesuatu yang ingin dia ketahui dan pelajari. Sebagai contoh santri yang masuk ke Pondok Pesantren Modern Daar El-Kutub mereka benar-benar mempunyai istilah “mengisi air dalam botol atau bejana yang kosong”, khususnya dalam bidang keilmuan yang mengarah kepada religi di samping ilmu umum. Istilah tersebut bisa mereka tutup dengan pengalaman dan pengetahuan yang didapat selama belajar di PPMDK. Santri yang masuk ke PPMDK tidak hanya keluaran atau lulusan dari SD, SMP saja, melainkan ada yang pindahan dari pesantren lain. Santri yang masuk dan mereka lulusan SD mereka benar-benar tidak mengetahui tentang ilmu baik ilmu agama maupun ilmu umum. Dengan usaha dan pantang mundur, PPMDK terus memberikan bimbinagan, binaan, arahan, membelajarkan dan melatih bagaimana cara sholat, membaca Al-qur’an, belajar yang baik, berdisiplin dan yang lainnya. Sehingga sedikit dengan sedikit mereka bisa mengisi bejana atau botol yang kosong itu.

PPMDK dalam membina santri secara bertahap yang mulai dari membaca Al-qur’an awal hingga bisa membaca Alqur’an dengan lagam atau gaya (qira’at), yang tadinya tidak bisa membaca surat-surat untuk melaksanakan sholat hingga bisa menjadi seorang imama dan imamah. Yang tadinya menjadi makmum pada sholat tarawih yang pada akhirnya merekalah yang memimpin sholat tarawih. Usaha yang terus mereka jalani tanpa adanya beban, mereka hanya memikirkan hasil yang akan mereka rasakan di masa depan nanti. Model pembelajaran yang diterapkan di PPMDK disesuaikan dengan arahan dan tujuan yang ingin dicapai sehingga santripun bisa memahami dari model tersebut, karena di Pondok tidak hanya menggunakan kurikulum yang diterapkan oleh pemerintah melainkan mengikuti alur yang sudah ada sebelumnya yang sudah melekat pada pesantren itu sendiri. Istilah “mengisi air dalam botol yang kosong” merupakan modal santri untuk bisa berusaha dan menghilangkan kekosongan itu dalam diri masing-masing. Mempunyai bukti hasil dengan kerja keras yang mereka tetap mempertahankan misi untuk menadi seseorang yang mempunyai pengetahuan yang luas dalam segi ilmu apapun. Seperti dalam diagram di awah ini :
Sumber : Sudjana Nana (2008 : 2)

Diagram di atas tidak sesuai dengan apa yang telah didapat oleh peneliti di lapangan, karena dari tujuan instruksional di PPMDK lebih mengarah pada proses bukan hasil, proses belajar mengajar di PMDK lebih diawalkan atau lebih diperanpentingkan karena proses merupakan dasar untuk menghasilkan sebuah alumnus yang baik dan bisa dijadkan sebuah contoh untuk menarik minat dan partisipasi masyarakat. Tujuan dan proses mengajar mengarah pada hasil belajar karena di PPMDK terus diberikan masukan binaan, arahan secara bertahap melalui pembelajaran untuk bekal dan dijadikannya sebagai hasil belajar. Sebagai contoh : ketika melakukan cerdas cermat antara sekolah, conversesation (percakapan antar bahasa Inggris dan Arab). Itu semua merupakan hasil yang telah santri peroleh di dalam belajar mereka mendapatkan berbagai pengetahuan dengan cara belajar secara berangsur/sedikit demi sedikit. Mereka mengangap dengan mereka terus belajar sedikit demi sedikit maka akan menjadi bukit, mereka akan merasakan hasil yang telah didapatnya.
Tabel 3.2 Model Pembinaan akademik

Model Kegiatan Out Put (hasil)
Model Pembinaan Akademik • menggunakan kurikulum yang diterapkan oleh pemerintah
• menggunakan metode sesuai dengan materi. Ibadah Amaliyah (praktek mengajar).
• membimbing dan membina santri ketika ada ujian semester baik ujian lisan dan ujian tulisan. • santri bisa lebih disiplin dalam segi hal, seperti dalam disiplin waktu, baik dalam waktu belajar, bermain, makan, istirahat, dan lain-lain.

• Dalam melakukan KBM semua ustadz dan ustadzah memberikan yang terbaik bagi santrinya dengan menggunakan metode sesuai dengan kurikulum dan materi yang akan diajarkan.
• alumnus PPMDK tidak hanya diterima di perguruan tinggi yang dasarnya agama saja melainkan alumnus PPMDK bisa diterima di setiap universitas-universitas yang terkemuka. Seperti : instansi pemerintah (DEPSOS, DEPKES, DIKNAS) perguruan tinggi dan yang lainnya seperti (IAIN, UNJ, UNPAS, UNTIRTA, AKBID, AKPER). Ada sebagian alumni juga yang mengabdi di sekolah-sekolah umum, SD, MA SMP, SMA, Aliyah, dan juga mengabdi di PPMDK.
Sumber : Hasil wawancara dengan salah satu
dewan ustadz (25 Agustus 2008)

B. 2. Model Pembinaan keterampilan Hidup


Model pembinaan keterampilan hidup di dalam menerapkannya yaitu melalui bakat, minat, keinginan, keberanian yang harus dimiliki oleh semua santri, akan tetapi tidak lepas dari materi, media,metode yang akan diberikan kepada santri. Keberanian harus diteapkan dalam diri setiap santri, karena tanpa itu tidak akan menjafi sesuatu untuk bisa dikembangkan karena minat, bakat yang dmiliki santri harus didasari oleh dorongan, keberanian untuk mengembangkannya. Seperti halnya ilmu pengetahuan yang mana ilmu pengetahuan awalnya kita tidak tahu, menjadi tahu dan sesuatu yang ingin kita ketahui harus adanya usaha dengan belajar untuk bisa. Sebagai contoh ilmu yang telah didapat selama sekolah di PPMDK tidak kita kembangkan makan ilmu yang kita miliki akan sis-sia dan tidak adanya perkembangan untuk menambah wawasan yang telah kita miliki. Di Pondok Pesantren Modern Daar El-Kutub diberikan pembelajaran mengenai belajar yang baik yang disesuaikan dengan kurikulum yang telah diterapkan oleh pemerintah dan tidak hanya belajar ang mengarah pada pembelaaran di kelas saja, melainkan ada keteampilan dan kegiatan ekstrakulikurel yang harus didapat oleh semua santri seperti dalam tabel di bawah ini :

Model Kegiatan Out Put
Model Pembinaan Keterampilan Hidup Muhadatsah (percakapan dua bahasa) Bahasa Arab dan Inggris.
Mukhadarah (latihan berpidato) dalam tiga bahasa, Indonesia, Inggris dan Arab.
Kepramukaan.
Keputrian
Qasidahan, Kaligrafi, LC (Language Club) Bisa menguasai dalam 2 bahasa
Bisa menjadi dai/daiyah. Seperti berani berbicara di depan orang,
Santri lebih berdisiplin/tidak lemah, menumbuhkan dan mengembangkan minat, bakat yang dimiliki santri di lingkungan masyarakat.
Sumber : Hasil wawancara langsung dengan salah satu
dewan ustadz (25 Agustus 2008)

Model pembinaan keterampilan hidup seperti halnya pendidikan yang bersifat non amaliah yang telah dijelaskan di atas, disebut juga dengan istilah “Tak ada rotan akarpun jadi” istilah tesebut menguatkan mengenai egiatan-kegiatan yang diselengrakan di PMDK, karena tidak setiap santri bisa mengikuti kegiatan ekstrakulikuler hanya jaja kegiatan yang sudah ditetapkan di PPMDK seperti kepamukaan, olah raga, mukhadarah, selain itu santri diberikan kebebasan untuk memilih. Misalkan santri tidak bisa menguasai ilmu pencak silat, latihan vocal (nasyid) bisa saja santri mengikuti kegiatan dan mempunyai minat yang lain seperti menyulam, kerajinan tangan seperti keputrian bagi santriwati dan yang lainnya. Dengan memahami diri sendiri kita pasti akan mengetahui minat dan kelebihan yang kita miliki untuk berfikir kearah yang bisa memenuhi dan menciptakan kelebihan yang ada dalam diri kita. Misalkan salah satu santri yang bisa menguasai 2 bahasa sanrti tersebut bisa mengembangkannya setelah dia menjadi alumni PPMDK kemungkinan bisa mengajar bahasa Inggris, atau bahasa Arab di sekolah-sekolah umum atau di pondok Daar El-Kutub sendiri.

Alumni PPMDK sebagian besar mereka mengambil jurusan 2 bahasa, karena mereka menganggap mempunyai dasar untuk meneruskannya dan memperudah untuk bisa masuk keperguruan tinggi yang mereka minati. Seperti dalam memilih bidang ilmu baik IPA/IPS karena itu disesuaikan dengan mina dan kemampuan yang dimiliki santri tidak ada paksaan dari pihak manapun sekalipun pimpinan pondok sendiri. Karena di PPMDK wajib untuk berbicara dengan menggunakan 2 bahasa (bahsa Arab dan bahasa Inggris). Dalam waktu 1 minggu menggunakan bahasa Arah, dan satu minggu lagi menggunakan bahasa Inggris. Dampak positif santri lebih bisa mengembangkan bakatnya, dampak negatifnya santri biasanya melakukan hal-hal yang tidak seharusnya mereka lakukan, seperti menganggap diri orang lain rendah di aanya dan menganggap dirinya seseorang yang paling bisa, mampu, sehingga timbulah rasa sombong dan angkuh. Keterampilan seperti perlombaan tiap asrama atau kegiatan antar kelompok mukhadarah itu membutuhkan rasa saling kerjasama adanya komunikasi dan interaksi yang baik, tanpa kedua kecakapan tersebut hilanglah rasa solidaritas diantara kelompok.

B. 3. Model Pembinaan Moral

Dalam menerapkan model pembinaan moral seperti halnya pendidikan yang bersifat amaliah yang telah dijelaskan di atas, mereka bersosialisasi di dalam lingkungan keluarga, mereka juga harus bisa bersosialisasi dengan santri dan masyarakat yang sebelumnya mereka tidak mengenal lingkungan yang dijadikan dalam satu asrama dan penuh dengan aturan dan kegiatan yang harus dijalankan. Penyesuaian diri sangat dipentingkan untuk hidup dalam pesantren karena setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda dan harus bisa menerima semua tingkah yang ada di pesantren DK, moral/akhlakul karmah yang dimilki oleh setiap santri berbeda-beda, karena dasar sifat, tingkah, moral yang diterapkan di dalam keluarga berbeda-beda ada yang sdah memahami mana yang baik dan mana yang buruk dan ada juga yang sma sekali tidak mengetahuinya. Dengan itu perlu adanya keluwesan diri dalam bertingkah laku.

PPMDK selalu menerapkan tingkah laku dan moral yang lebih bersifat positif seperti belajar ngaji, qira’at, belajar sholat dengan baik berjama’ah, membeca kitab-kitab, membaca ayat suci Al-qur’an dengan dasar tadjwid, tidak hanya asal memberikan arahan melainkan arahan tersebut disesuaikan dengan aturan yang berlaku untuk dirinya baik di dunia dan untuk bekal di akhirat nani. Adapun kegiatan yang harus dilaksanakan oleh seluruh santri seperti dalam tabel di bawah ini :


Tabel 3.4 Model Pembinaan Moral

Model Kegiatan Out Put (Hasil)
Model pembinaan moral Meakukan sholat duha, wajib sholat berjaa’ah karena sesudah melakukan sholat biasanya diabsen dan agi santri yang tidak hadir akan mendapatkan sanksi, wajib membaca Al-qur’an setelah sholat magrib, melatih santri untuk qira’at, kuliyah subuh, belajar menjadi imam/imamah, dll. Santri bisa mempraktekannya di luar lingkungan PPMDK, seperti menjadi imam/imamah, menjadi guru ngaji, atau madrasah ibtidaiyah (MI), dan bisa menjadi figur yang bisa dicontoh oleh anak-anak yang lain. Serta bisa mengontrol dalam melakukan sesuatu yang tidak baik bagi dirinya. Menjadi leih berdisiplin dalam melaksaakan sholat. Menjadi lebih berani ketika berkhutbah di depan orang banyak dengan menjadi serang penceramah.
Sumber : Hasil wawancara langsung dengan salah satu
dewan ustadz (25 Agustus 2008)

Pembinaan moral disebut juga dengan istilah “sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang takan percaya”. Maksud dari istilah tersebut yaitu : ketika seseorang melakukan satu kesalahan, dan membuat diri orang lain yakin dengan kesalahannya. Maka orang tersebut tidak lagi untuk bisa bekerjasama dengan orang yang membuat kesalahan. Sebagaimana yang diterapkan di PPMDK mengenai moral yang diajarkan secara langsung baik melalui lisan ataupun tulisan yang diselenggarakan ketika ujian atau dalam kelas dan lingkungan sehari-hari, karena di PPMDK diberikan binaan mengenai kejujuran, ketulusan, kesabaran, ketaatan, membuat diri santri menjadi ummat yang baik. Sekali kita berbuat kesaahan (erbohong atau tidak jujur) orang tdak lagi untuk bisa mempercayai diri kita atrena di pondok DK selalu diberi pengetahuan mengenai keagamaan.

Dari ketiga model di atas dirasakan juga oleh seorang alumni PPMDK Dian Pratiwi, dia bisa merasakan betul hasil apa yang telah dia jalankan dan dia terima selama sekolah di PPMDK baik pendidikanya, pembinanyadan sebagainya. Sehingga sekarang dia bisa membuktikannya di luar PPMDK dimana ia tingal dan di bisa melanjutkan di UNTIRTA mengambil jurusan bahasa Inggris. Begitu juga dengan menggunakan 2 bahasa bisa dipetik hasilnya yang dapat dirasakan oleh devi yang mempunyai status sebagai pramugari karena dia bisa menguasai dua bahasa tersebut. Penerapan dari etiga model itu betul-betul untuk kebaikan dan emajuan santrinya, pembinaan yang diterapkanya dilakukan secara manual atau dilakukan secara langsung seperti tujuan diasramakan yaitu untuk bisa saling berbagi kepada sesama, saling menghargai, bekerja sama, keterbukaan antar pribadi santri, saling memahami, tolong-menolong ketika ada yang sakit dan sebagainya.

C. Perbandingan Tiga Model Pembinaan Pondok Pesantren Modern Daar El-Kutub
B.1 Model Pembinaan Akademik

Proses pembelajaran di PPMDK merupakan suatu aktivitas yang bertujuan. Artinya, proses pembelajaran tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang telah dirumuskan sebelumnya. Karena proses pembelajaran merupakan sesuatu yang bertujuan, segala aktivitas pembelajaran harus diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Agar ustadz dan ustadzah dapat mengetahui seberapa besar tujuan pembelajaran telah tercapai dan seberapa yang belum dan perlu diulang, maka perlu dilakukan evaluasi. Agar ustadz dan ustadzah dapat mengevaluasi proses pembelajaran secara tepat, efektif dan efisien, ustadz dan ustadzah perlu menguasai keterampilan mengevaluasi proses pembelajaran dengan baik.

Uraian di atas bisa dijadikan acuan bagi ustadz dan usadzah sehingga ketika mereka memberikan materi kepada anak santri sesuai dengan kurikulum yang digunakan di pesantren. Ketika ustadz dan ustadzah memberikan materi kepada anak santri, metode yang mereka gunakan disuaikan dengan materi yang akan diberikan. Misalkan, mengenai sholat, metode dan media yang digunakan untuk mengajar yaitu praktek atau menggunakan televisi, buku sehingga santri akan lebih mengerti dibandingkan mereka harus mendengarkan apa yang dijelaskan oleh ustadz dan ustadzah.

Macam-macam pelajaran yang dipelajari di Pondok Pesantren Modern Daar El-kutub, pada dasarnya adalah setingkat dengan sekolah lanjutan pertama (SMP/MTs) dan juga setingkat dengan sekolah lanjutan atas (SMA/MA). Setingkat bukan berarti sama, ada beberapa mata pelajaran yang sengaja diganti dengan mata pelajaran bahasa arab, bahasa inggris dan pelajaran-pelajaran yang lain yang telah ditentukan oleh Pondok Pesantren Modern Daar El-Kutub. Untuk tingkatan kelas dikelompokan ke dalam dua kelompok, yaitu : Kelompok pertama adalah kelompok yang berasal dari lulusan sekolah dasar (SD/MI), dan kelompok yang ke dua adalah yang berasal dari sekolah lanjutan pertama (SMP/MTs) yang disebut dengan kelas 1extantion.

Santri yang berasal dari sekolah dasar (SD/MI) akan menempati kelas mulai dari kelas 1, 2, 3, 4, 5, dan 6. Sehingga jenjang pendidikan mereka untuk bisa menamatkan pendidikannya adalah selama 6 (enam) tahun. Sedangkan santri yang berasal dari lulusan sekolah lanjutan pertama (SMP.MTs) akan menempati kelas 1 Extantion (khusus), kemudian naik kelas III Extantion (khusus), kelas V dan kelas IV. Sehingga jenjang pendidikan mereka untuk bisa menamatkan adalah selama 4 (empat) tahun.

Pelajaran Agama dan Bahasa Pelajaran Umum Pendidikan Keterampilan
1. Tafsir
2. Tajwid
3. Hadist
4. Mustholaah Hadist
5. Aqoit
6. Ushul Fiqh
7. Fiqh
8. Faro’id
9. SKI (Sejarah Kebudayaan Islam)
10. Nahwu dan Shorof
11. Bahasa Arab
a. Insya
b. Mahfudzot
c. Tarjamah
d. Imla
e. Qira’ah
12. Balagoh 1. PMP (Pendidikan Moral Pancasila)
2. Bahasa Indonesia
3. Geografi
4. Ekonomi
5. Matematika
6. Sejarah
7. Fisika
8. Biologi
9. Sosiologi dan Antropologi
10. Bahasa Inggris
a. English Grammar
b. English Exercise
c. English language 11. Khot (Belajar menulis indah huruf arab)
12. Belajar membuat huruf latin indah
13. Berlatih berbagai kegiatan yang disesuaikan dengan minat yang dimiliki oleh setiap santri.

Sumber : Dari panduan cara belajar di Pondok Pesantren Modern
Daar El-Kutub dan mengenal Pondok Pesantren Modern Daar El-Kutub.

Jadwal kegiatan model pembinaan akademik santri di
pondok pesantren Modern Daar El-Kutub.

Kebiasan yang dilakukan oleh santri PPMDK
Waktu Kegiatan
 05.00 – 06.00
 06.45 – 07.00
 07.00 – 09.20
 09.20 – 09.45
 09.45 – 11.45
 11.45 – 12.45
 13.00 – 15.00
 08.00 – 22.00  Pengajian, serta melakukan sholat subuh.
 Muhadatsah (percakapan) dalam 2 bahasa
 Melakukan kegiatan belajar mengajar
 Istirahat
 Meakukan kegiatan belajar mengajar
 Istirahat
 Melakukan kegiatan belajar mengajar
 Belajar dan wajib diikuti oleh seluruh santri
Sumber : Hasil Pengamatan Langsung (23 Agustus 2008).

Kelebihan model pembinaan akademik : segala hal yang menyangkut proses belajar mengajar akan lebih terfokus kepada para santri karena mereka diasramakan dan tinggal di sekita PPMDK, yang memudahkan para guru untuk memantau langsung mengenai kesulitan-kesulitan yang dihadapi para santri. Kekurangan pambiaan akademik kendala yang dihadapi, mata pelajaran umum yang diajarkan di PPMDK relatif menoton, tetapi dari waktu ke waktu dan sulit menyetarakan dengan Depag karena buku-buku yang digunakan adalah buku-buku dari kurikulum yang terdahulu.
Sumber : Hasil Pengamatan Langsung (18 Januari 2009)

B.2. Model pembinaan keterampilan hidup 3
Adapun orientasi pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup di lingkungan pesantren dapat di fokuskan pada kecakapan-kecakapan sebagai berikut :

1) Kecakapan personal (self awarness). Kecakapan ini meiputi unsur-unsur berikut :
• Kesadaran siapa diri saya, antara lain mencakup : keimanan sebagai makhluk Tuhan YME, pengembangan karakter diri, dan belajar memelihara lingkungan.
• Kesadaran akan potensi diri, antara lain meliputi : belajar menolong diri sendiri, menumbuhkan kepercayaan diri dan tidak cengeng melalui berbagai kegiatan, mengenal fungsi anggota tubuh dan cara mengoptimalkannya, seperti memfungsikan kedua tangan untuk bekerja.
2) Kecakapan berfikir rasional (thinking skills). Kecakapan ini mencakup :
• Kecakapan menggali informasi
• Kecakapan mengolah infomasi
• Kecakapan mengambil keputusan, dan
• Kecakapan memecahkan masalah
3) Kecakapan Sosial (social skills). Kecakapan ini meliputi :
• Kecakapan komunikasi dengan empati, antara lain dapat dikembangkan melalui bercerita, mendengarkan orang lain, menuangkan gagasan melalui tulisan, gambar dan sebagainya.
• Kecakapan bekerjasama, dapat dikembangkan melalui kerja kelompok, menjadi anggota kelompok, dan pimpinan kelompok, bergotong royong membersihkan ruangan, halaman dan lingkungan pesantren, dan sebagainya.
4) Kecakapan pra-vocasional (pre-vocational). Unsur kecakapan ini antara lain meliputi :
• Koordinasi mata-tangan dan mata kaki, antara lain dikembangkan melalui : menggambar, menulis, melempar, bermain, menangkap bola, dan sebaginya.
• Keterampilan lokomotor, dapat dikembangkan antara lain melalui : berjalan, berbaris, lari, melompat, merayap dan sebagainya.
• Keterampilan non-lokomotor, dapat dikembangkan antara lain melalui berbagai gerakan tubuh, senam dan sebagainya.
5) Keterampilan keahlian khusus, yaitu keterampilan dalam pendalaman satu atau beberapa jenis keterampilan tertentu, yang nantinya akan menjadi keterampilan siap pakai dalam kehidupan di masyarakat. Pemilihan keterampilan ini harus akrab lingkungan dan fungsional.
Sumber : Pengamatan Lapangan (18 Januari 2009)

Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang akurat dan tepat berdasarkan kebutuhan masyarakat yang kompleks, maka selain kegiatan belajar mengajar (KBM) formal juga dilakukan kegiatan-kegiatan non formal antara lain :
1) Kajian kitab-kitab salaf dan khaaf
2) Disiplin berbahasa Arab dan Inggris dalam percakapan sehari-hari serta latihan berpidato Bahasa Arab, Inggris dan Indonesia.
3) Diskusi/Penelitian Ilmiah
4) Olah Raga
5) Seni (Drum Band, Band, Qasidah, Vocal Group, Kaligrafi)
6) Komputer
7) Keorganisasian OPPM (Organisasi Pondok Pesantren Modern)
8) Keputrian
9) Pembinaan Tilawah Al-Quran.
Pendidikan keterampilan terdiri atas pendidikan keterampilan pilihan terikat (disesuaikan dengan keperluan dan kemampuan sekolah yang bertujuan memberikan bekal untuk memiliki keterampilan dasar sesuai dengan minat dan kebutuhan masyarakat), dan keterampilan pilihan bebas (yang dipilih oleh seseorang siswa sebagai penunjang pendidikan umum dan pendidikan akademik). Pondok Pesantren Modern Daar El-Kutub tidak hanya memberikan arahan atau pengajaran mengenai materi di dalam kelas saja, melainkan ada kegiatan yang menunjang atau mengembangkan minat yang dimiliki oleh setiap santri seperti keterampilan-keterampilan itu semua termasuk kegiatan ekstrakurikuler di luar kegiatan belajar mengenai mata peajaran. Ada salah satu kegiatan yang berhubungan dengan materi (mata pelajaran) seperti khot (kaligrafi). Selain tu ada kegiatan yang diluar mata pelajaran atau kegiatan di dalam kelas. Seperti keparamukaan, OPPM, Mukhadhoroh , Kuliyah shubuh, Olah raga dan kesenian seperti (keputrian membuat kaligrafi).

1) Mukhadhoroh/latihan berpidato
Kegiatan mukhadhoroh atau latihan berpidato ini merupakan kegiatan yang wajib diikuti oleh setiap santri, mulai dari kelas satu sampai kelas enam (VI). Para pembicaranya adalah dari semua santri dengan cara bergiliran menurut jadwal yang telah ditetapkan atau ditentukan oleh masing-masing ketuanya. Dalam kegiatan mukhadhoroh ini santri diajari atau latihan untuk dapat berbicara di muka umum dalam bentuk forum atau resmi, kemudian santri belajar mengungkapkan kata-kata yang disusunnya, dengan methode-methode yang telah diberikan oleh masing-masing pembimbingnya. Tujuan dari kegiatan ini adalah : Agar setiap santri memiliki keberanian apabila mereka kelak nanti hidup di tengah-tengah masyarakat, juga supaya santri tidak memiliki rasa canggung lagi berbicara di depan masyarakat dalam forum-forum yang resmi, karena mereka telah dilatih dan digodok selama bertahun-tahun di Pondok. Dan juga agar santri memiliki kecakapan serta kelancaran dalam berbahasa di muka umum baik dalam forum yang resmi maupun tidak resmi.
Sumber : Hasil dokumentasi Pondok Pesantren

Modern Daar El-Kutub (26 April 2008)
2) Kuliah Shubuh
Kuliyah shubuh atau santapan rohani, yang para pembicaranya semuanya juga berasal dari para santri dengan cra bergiliran menurut cara/ jadwal yang telah ditetapkan pula. Pada dasarnya tujuan dari kuliyah shubuh adalah : selain merupakan santapan rohani, juga merupakan latihan bagi setiap santri agar mempunyai keberanian untuk berceramah, berkhutbah di depan muka umum dengan bahasa yang lancar.
Gambar 3.9
Saat santri melaksanakan kegiatan Kuliah Shubuh
Sumber : Hasil Dokumentasi PPMDK

3) Olah Raga dan Kesenian
a. Olah Raga
Kegiatan olah raga yang dimaksudkan sebagai kegiatan yang rekreatif yang positif sekaligus sebagai sarana untuk kesegaran dan kesehatan jasmani tanpa mengurangi dan mengganggu kegiatan-kegiatan yang lainnya. Sebab waktu berolahraga sudah ditentukan oleh Pondok, kapan santri boleh melakukan kegiatan olah raga dan kapan santri tidak boleh melakukan olah raga, para santri Pondok Pesantren Modern Daar El-Kutub biasanya melakukan olah raga pada hari selasa dan jum’at. Pada hari selasa olah raga dilakukan dari jam setengah enam sampai jam 7, sedangkan hari jum’at dari jam setengah enam sampai jam 9, karena hari jum’at merupakan hari libur untuk santri seluruh santri.

Gambar 3.10
Ketika siswa melakukan olah raga di lapangan PPMDK



Sumber : Hasil dokumentasi PPMDK.
b. Kesenian
Tentang kesenian ini tidak ada yang rutin dan khusus. Karena masih sangat terbatasnya sarana dan prasarana yang ada. Walaupun demikian bukan berarti pondok tidak menampung bakat-bakat santri yang ada, tapi malah berusaha membina bakat-bakat tersebut. Sebagai contoh : Pondok telah membina santri-santri yang mempunyai bakat dalam bidang tarik suara, pondok menyalurkan kedalam seni baca Al-Qur’an, seni suara : Lagu-lagu yang berirama atau berbau Islami, baik qasidah lama maupun qasidah modern. Kegiatan ini bersifat temporer (tidak tentu) dan disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan. Misalkan dalam acara agustusan biasanya Pondok Pesantren Modern Daar El-Kutub mengikuti perlombaan grak jalan, menampilkan anak santri drum bend, pada acara MTQ (Musabaqoh Tilawatil Qur’an) anak santri mengikuti perlombaan. Seperti, puisi, baca ayat suci Al-qur’an, qosidahan, kaligrafi, dan lain sebagainya. Kesenian yang dimiliki oleh pondok pesantren modern Daar El-Kutub sering ditampilkan selain kegiatan-kegiatan yang dijelaskan di atas, pada kegiatan hajatan masyarakat sering mengundang kesenian seperti kosidahan, ceramah, membaca ayat suci Al-quran dan sebagainya.
Sumber : Hasil Pengamatan (18 januari 2009).

Kesenian yang telah dijelaskan di atas merupakan kelebihan yang dimilki atau kreativitas yang harus dibuktikan kepada masyarakat. Selain kegiatan yang di atas, ada kegiatan yang lainnya seperti keputrian yang dilaksanakan satu minggu sekali dan kaligrafi biasanya di pondok pesantren modern Daar El-Kutub dilakukan setiap satu minggu sekali pada hari jumat. Mereka tau antri yang mempunyai minat untuk membuat kaligrafi biasanya mereka membuat kelompok tersendiri. Ada juga kelompok bahasa yang ingin memperdalam 2 bahasa yaitu bahasa Inggris dan bahasa Arab yang dinamakan LC (Language Cource)/ (English Club) biasanya PPMDK melakukan wawancara dengan orang asing dengan menggunakan dua bahasa atau percakapan antar santri karena di pondok wajib menggunakan dua bahasa itu, apabila di antara siswa ada yang tidak menggunakan dua bahasa tersebut maka mereka akan kena sangsi atau hukuman yang akan diberikan oleh mudabbirah, dan apabila mudabbirah sendiri yang melanggar maka mereka akan menerima hukuman dari ustadz dan ustadzah.

4) Kepramukaan
Gerakan Pramuka di PPMDK dianggap sangat penting sebagai sarana pendidikan yang dapat membentuk kepribadian, mental, dan akhlak mulia untuk bekal para santri dalam hidup bermasyarakat. Gerakan pramuka/kepanduan di pondok ini diadakan latihan setiap minggunya, dan kegiatan ini merupakan kegiatan yang wajib diikuti oleh setiap santri. Sebagai pramuka santri diharapkan dapat menunjukan sebagai santri yang beridentitas muslim, baik dalam bertingkah laku maupun dalam pergaulannya dengan anggota-anggota pramuka lainnya. Perlu diketahui bahwa kegiatan pramuka di pondok ini diadakan sejak PPMDK berdiri, dan telah banyak mengirimkan utusan-utusan dalam mengikuti kegiatan-kegiatan baik dalam kabupaten sendiri maupun tingkat propinsi atau ke tingkat nasional.
Sumber : Hasil Dokumentasi PPMDK

5) Organisasi Pondok Pesantren Modern (OPPM)
Organisasi ini dikelola oleh santri secara mandiri. Kegiatan-kegiatan santri di dalam pondok diurus oleh 14 bagian dalam OPPM. Bagian-bagian tersebut terdiri dari pengurus harian : Ketua, Sekertaris, Bendahara dan Keamanan, dan 10 bagian yang lain, yaitu : Bagian pengajaran, penerangan, kesehatan, olahraga, kesenian, perpustakaan, koperasi pelajar, penerimaan tamu (bulis), koperasi dapur, penggerak bahasa. Mereka yang menjadi bagian dari OPPM hanya santri yang duduk di kelas 5 atau kelas 2 Aliyah. Mereka yang mengawasi seluruh santri bisa dikatakan tangan kanan ustadz dan ustadzah. Ketika ada masalah yang tidak bisa mereka tangani baru hal itu ditangani oleh pihak pemimpin pesantren ustaz dan ustadzah.

Kegiatan-kegiatan di atas semua itu harus dijalankan oleh semua santri kecuali mereka mempunya halangan yang kuat. Seperti kegiatan kepramukaan, olahraga, keputrian dan yang lainnya. Kosidahan tidak harus diikuti oleh semua santri, karena itu semua membutuhkan minat dari diri santri seperti kaligrafi, qiro’ah (membaca ayat suci Al-qur’an) dengan lantunan-lantunan, Vokal dan English Cource. Segala apa yang sekiranya akan dialami oleh santri-santri di lingkungan masyarakat, itulah yang dididikan oleh pondok kepada santri. Segala tindakan dan pelajaran, bahkan segala aktivitas di pondok ini semuanya akan ditemui kelak dalam perjuangan hidup di masyarakat, sehingga ketika santri keluar dari pondok Daar El-Kutub tidak akan merasa canggung ketika terjun dalam bidang apapun di masyarakat.
 Jadwal kegiatan model pembinaan keterampilan hidup santri di Pondok Pesantren Modern Daar El-Kutub.

Waktu/Hari Kegiatan
 Selasa 06.45 – 07.00
 Selasa 06.00 – 06.30
 Rabu 06.45 – 07.00
 Kamis, sabtu, minggu 06.45 – 07.00
 Kamis 13.00 – 13.15.00
 Jum’at 06.00.08.00
 Jum’at 13.00 – 15.00

 Selasa 19.30 – 20. 30

 Jum’at 19.30 – 22.00 Muhadatsah dalam dua bahas (Arab dan Inggris)
Olah raga
Muhadatsah
Kepramukaan
Olah raga
Keputrian, pencak silat, belajar membuat kaligrafi
Mukhadarah dalam tiga bahasa latihan berpidato setiap kelompok
Mukhadarah dalam 1 bahasa bergantian tiap minggunya
Mukhadarah dalam 2 bahasa (Inggris dan Arab) bergantian tiap minggunya
Sumber : Hasil wawancara dengan bagian
pengasuhan pusat (23 Agustus 2008)

Kelebihan model pembinaan keterampilan hidup. Para guru akan lebih mudah mengajarkan berbagai keterampilan hidup, karena para santri seperti sudah mempunyai jalinan persaudaraan yang kuat untuk menumbuhkan kerja sama dan gotong-royong. Selain itu para guru lebih kreatif untuk berlomba memberikan yang terbaik untuk para santri. Kekurangan keterampilan hidup dalam mengajarkan keterampilan hidup, kendala yang paling utama adalah sarana atau alat-alat yang kurang mendukung (terbatas), sehingga akan menyulitkan proses pembelajaran tentang keterampilan.

B.3 Model Pembinaan Moral

Perkataan moral berasal dari bahasa latin, “Mores” kata jamak dari mos yang artinya adat istiadat, dalam bahasa indonesia diterjemahkan dengan arti “susila”. Suatu tingkah laku itu sesuai dengan nilai-nilai moral yang berlaku dalam kelompok sosial dimana ia hidup, karena nilai-nilai moral itu tidak sama pada semua kelompok atau masyarakat. Pada umumnya nilai-nilai moral itu dipengaruhi oleh kebudayaan atau masyarakat itu sendiri. Apa yang dianggap baik oleh suatu kelompok atau masyarakat belum tentu dianggap baik oleh kelompok atau masyarakat lainnya, sesuai dengan pengertian moral itu sendiri. Moral adalah adat istiadat, kebiasaan, tata cara kehidupan yang dapat diterima oleh masyarakat dimana ia hidup.
Dari pengertian yang diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa moral adalah ide-ide yang umum atau adat kebiasaan yang umum diterima tentang tindakan atau perilaku manusia, mana yang baik dan wajar yang meliputi sosial atau lingkungan dimana ia hidup. Seperti halnya santri di PPMDK diberikan bimbingan mengenai moral sehingga santri bisa melihat dan memilih mana yang harus dilaksanakan dan mana yang tidak boleh dilaksanakan. PPMDK ini adalah lembaga pendidikan yang segala aktivitas kehidupannya tak lepas dari : Keikhlasan, Kesederhanaan, berdikari, ukhuwah Islamiyah, dan Bebas Bertanggung Jawab.
Model pembinaan moral yang diberikan kepada semua santri harus mereka terapkan selama mereka duduk atau sekolah di Pondok Daar El-Kutub, adapun moral yang diberikan oleh ustadz, ustadzah dan mudir (pimpinan pondok) seperti memberikan ceramah di kelas yang sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan kepada santri baik pelajaran umum maupun yang mengarah kepada religi (keagamaan). Pelajaran umum seperti PPKN. Pelajaran keagamaan : Hadist, Mahfudzot, Mutholaah, Fari’id, Fiqih, ushul fiqih dan yang lainnya. Di luar kegiatan belajar mengajar (KBM) seperti acara kegiatan pada bulan ramadhan kultum (kuliah tujuh menit) sebelum berbuka puasa, kulsub (kuliah subuh) ketika melakukan kegiatan baca Al-qur’an setiap malam. Ustadz dan uzstadzah tidak hanya memberikan omongan arahan kepada santri melainkan mempraktekannya sehingga santri bisa lebih mengerti dan mengetahui apa yang dimaksudkan dari materi yang diberikan kepadanya. Jadi, santri tidak hanya mendengarkan dan melihat akan tetapi melakukan langsung materi apa yang mereka terima.
Moral merupakan sikap mental seorang pribadi yang mencerminkan tingkah laku dan kepribadian yang selalu baik, mulia dan benar. Suasana-suasana di atas sengaja direkayasa oleh Lembaga Pendidikan ini dalam rangka untuk membentuk mental yang tidak mengidap penyakit “kekeringan” di dalam era globalisasi ini. Sebab bila mental yang mengidap penyakit tersebut tidak segera diatasi, umat Islam sepuluh, duapuluh atau tigapuluh yang akan datang akan terbawa arus yang negatif. Perhatikan firman Alllah dalam surat yasin ayat 21 :” Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu, dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”. Lembaga pendidikan Islam tidak saja dituntut untuk mengkristalisasikan semangat ketuhanan sebagai pandangan hidup universal, tetapi institusi ini juga dituntut melebur dalam wacana modern. Pendidikan Islam sebagai lembaga alternatif diharapkan mampu menyiapkan kualitas masyarakat yang bercirikan semangat, keterbukaan, egaliter, kosmopolit, demokratis dan berwawasan luas, baik menyangkut aspek spiritual maupun ilmu-ilmu modern. Hal ini sejalan dengan misi awal didirikannya pesantren, yakni menyebarluaskan informasi ajaran universitas keseluruh pelosok nusantara yang berbentuk pluralis, baik dalam dimensi kepercayaan, budaya maupun kondisi sosial masyarakat, sehingga pada giliranya santri siap menghadapi segala tantangan kehidupan.
Waktu kegiatan model pembinaan moral di PPMDK

Waktu Kegiatan
 05.00 – 06.00
 09.20 – 09.45
 11.45 – 12.45
 15.20 – 17.20
 17.20 – 20.00  Pengajian, serta melakukan sholat subuh.
 Istirahat, sebagian santri ada yang melakukan sholat sunnah (sholat duha dan hajat)
 Makan siang, melakukan sholat dzuhur berjama’ah (wajib).
 Istirahat, dan melakukan sholat ashar berjama’ah (wajib).
 Melakukan sholat magrib dan isya berjama’ah (wajib). Serta belajar membaca ayat suci Al-qur’an sesuai dengan pembimbing masing-masing.
Sumber : Hasil wawancara (23 Agustus 2008).

Kelebihan model pembinaan moral di PPMDK banyak diajarkan pelajaran-pelajaran moral seperti : Mahfudzot, Muthola’ah, tarikh Islam, dan yang lainnya, yang mendidik para santri untuk menghormati guru saling menyayangi sesama, mempunyai rasa empati yang kuat terhadap penderitaan sesama muslim, mendidik kesabaran, tidak memiliki sifat iri dengki, sombong, malas, dan tidak menuruti hawa nafsu. Kekurangan pembinaan moral : Hampir setiap pembinaan moral di PPMDK tidak memiliki kekurangan hanya apabila ada satu orang santri saja yang tidak mempunyai akhlak yang baik, maka akan rentan atau para santri lainnya akan mudah terbawa olehnya, (karena nilai setitik, rusak susu sebelahnya).

Model pembinaan yang terdiri atas model pembinaan akademik, model pembinaan keterampilan hidup, dan model pembinaan moral dilihat dari 5 aspek diantaranya :

Dilihat dari aspek agama, adalah asas pendidikan yang berbunyi ”tarbiyatul-mua’llimin Al-Islamiyah”. Yang berarti pendidikn guru-guru islam, sangat mengarahkan para santrinya untuk menjadi guru atau contoh yang islami bagi siapa saja, berbagai kegiatan yang diarahkan sarat bermuatan keagamaan, mulai dari kuliah subuh, sholat berjamaah, hingga pelajaran tantang keislaman. Selain itu pondok juga sangat menerapkan ukuah islamiyah, untuk memperat tali persaudaraan sesama muslim yang menumbuhkan rasa empati, tolong menolong, dan saling menghargai sesama santri.

Dilihat dari aspek politik, ketiga model tersebut sangatlah penting untuk diikuti oleh para santri. Di dalam berpolitik sangat dibutuhkan kedisiplinan, cekatan, pintar menggunakan kesempatan, di pondok dari semua model itu sangatlah ditekankan kedisiplinan, kemandirian dan bertanggung jawab, ini akan melatih para santri untuk bekerja dengan sesempurna mingkin, dan berani mempertanggung jawabkan apa yang sudah diperbuat pada dirinya sendiri, orang banyak, dan yang lebih terpenting adalah tanggung jawabnya kepada Allah SWT.

Dilihat dari aspek sosial, sangatlah banyak keuntungannya, misalnya para santri bisa lebih bersemangat bila semua kegiatan itu dilaksanakan dalam kebersamaan. Selain itu keuntungan yang didapat oleh pondok sendiri adalah bisa dijadikan sebagai daya jual. Seperti kegiatan berkemah, yang dilakukan di sebuah desa bisa menambah simpati warga setempat untuk memasukkan anaknya ke pondok dan menuntut ilmu disana. Karena mereka yakin bahwa di pondoklah anak-anak mereka bisa lebih mudah untuk bersosialisasi dengan masyarakat. JELASKAN....

Dilihat dari aspek ekonomi, tentu ada keuntungannya. Dengan biaya 300000 per bulan, para antri bisa mengenya pendidikan dengan baik. Baik ilmu agama, maupun ilmu umum. Lingkungan pergaulan yang baik serta pengawasan 24 jam yang penuh dari para mua’llimin (pengajar) dibandingkan dengan bersekolah di instansi lain yang memakan biaya relatif sama yang hanya sekali dalam seminggu pelajaran agama yang diterima oleh para siswa, dan pengawasan yang kurang terhadap pergaulan para siswa yang dapat mengakibatkan kecemasan orangtua jika pada jam pulang sekolah, anak belum juga kunjung datang. Hal ini menunjukkan bahwa menitipkan anak di pondok bisa menjadi alternatif yang terbaik bagi orangtua untuk memberikan pendidikan yang baik bagi anak-anak mereka.

Dilihat dari aspek budaya, di setiap musabaqoh qubra, pondok selalu mengadakan perlombaan kepada semua santrinya, yang tujuannya adalah untuk melestarikan budaya yang sudah lama ada. Seperti, perlombaan drama yang mengisahkan tentang kisah-kisah para nabi terdahulu, tentang kisah-kisah agama, dan para kaum nabi yang diberi hukuman oleh Allah SWT. Semua itu dapat menambah wawasan para santri tentang sejarah kebudayaan islam dan bisa menjadi pelajaran berharga yang tidak ternilai harganya. Selain itu, dalam setiap perayaan hari besar Islam, selalu diadakan lomba menari khususnya bagi para santriwati. Itu semua untuk melestarikan nilai budaya.

Budaya • Lebih mengarah kepada keagamaan seperti cara-cara sholat, membaca ayat suci Al-Qur’an. Mempraktekannya untuk diri sendiri dan masyarakat disekitarnya.
• Di PPMDK tidak berpartai, hanya saja ada kebebasan untuk memilih ketika sudah menjadi alumni serta tidak ada batasan.
• Menciptaka rasa kebersamaaan, kekeluargaan, tidak melihat status dan kelas yang dimiliki oleh setiap santri baik dari kelas atas, menengah dan bawah.
• Menyamaratakn antar siswa dalam hal pembayaran bulanan/administrasi, kecuali santri yang mendapatkan bea siswa atau bantuan langsung bagi santri yang cerdas.
• Membudidayakan apa yang sudah diyakini di PPMDK dan direalisasikannya baik di lingkungan PPMDK ataupun di lingkungan masyarakat. PPMDK tidak membedakan antara budaya yang telah diyakini oleh setiap santri karena santri mempunyai latar belakang yang berbeda.

D. Penutup

Pada bab tiga dijelaskan mengenai Tiga model pembinaan, dari ketiga model pembinaan mempunyai tujuan dan fungsi masing-masing yang bisa mencerdaskan semua santri, dan bisa memperlihatkan salah satu model pembinaan yang lebih diminati oleh semua santri dan keunggulan dari salah satu model yang telah berhasil yang bisa membuktikan kepada pihak masyarakat untuk bisa dijadikan sebagai acuan hasil dari apa yang telah didapat oleh santri setelah lulus dan menjadi alumnus PPMDK. Di dalam menerapkan ketiga model tersebut membutuhkan dorongan dari pimpinan pondok (kiai), ustadz dan ustadzah, pihak orang tua dan harus ada kemauan dari santri itu sendiri. Karena tanpa itu semua tidak akan menghasilkan buah yang akan diharapkan baik oleh santri, wali murid dan PPMDK sendiri.

Perbandingan dari ketiga model tersebut kita dapat membandingkan bahwa model pembinaan akademik lebih fokus kepada bagaimana para santri untuk dapat menerima proses pembelajaran dengan baik, model pembinaan keterampilan hidup lebih mengutamakan bagaimana para santri untuk lebih siap ketika suatu saat nanti mereka terjun ke masyarakat (sebagai modal hidup) kelak, model pembinaan moral lebih mengacu kepada hal-hal yang membentuk kepribadian para santri, agar ketika keluar nanti mereka sudah mempunyai bekal tentang norma susila, (kesopanan) yang dapat diterima oleh masyarakat luas. Dalam bab tiga ini peneliti pun melihat tiga model dalam 5 aspek yang terdiri dari (aspek agama, politik, sosial, ekonomi dan budaya).

Proses Terbentuknya Model Pembinaan Di Pondok
Pesantren Modern Daar El-Kutub

A. Pengantar
Dalam bab IV ini akan membahas mengenai masalah yang diangkat oleh peneliti mengenai Model Pembinaan Pondok Pesantren Modern Daar El-Kutb Lebak Banten yang akan dikaitkan dengan teori yang berhubungan dengan masalah penelitian. Teori adalah alat untuk memahami kenyataan. Teori sebagai alat untuk menyatakan hubungan sistematik antara fenomena atau gejala yang hendak diteliti. Pernyataan ini mengandung arti bahwa teori selalu lahir dari kenyataan dan selalu diuji pula di dalam kenyataan. Dengan itu dalam bab ini akan mengambil teori tentang tindakan sosial yang berkaitan dengan masalah yang diambil oleh peneliti. Peneliti mengaitkannya dengan teori tindakan sosial karena dalam pembinaan yang dilakukan di PPMDK didalamnya meliputi tindakan yang dilakukan oleh santri dan semua pihak pengelola yang tinggal di lingkungan PPMDK. Serta tindakan sosial ini dikaitkan dengan bagaimana diterapkannya tiga model pembinaan di PPMDK dan dilihat dari segi historis dan filsafat pendidikan. Dengan teori yang digunakan oleh peneliti, masalah yang diangkat lebih memperjelas fenomena yang terjadi di lingkungan PPMDK.

B. Analisis Proses Penerapan Dan Terbentuknya Model Pembinaan Di Pondok Pesantren Modern Daar El-Kutub

Pada bab-bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai 3 model yakni model pembinaan akademik, model pembinaan keterampilan hidup dan model pembinaan moral. Di dalam bab tiga juga telah dijelaskan mengenai perbedaan diantara 3 model tersebut, baik kekurangan ataupun kelebihan dari tiga model tersebut. Model pembinaan yang diterapkan di PPMDK merupakan modal daya jual untuk memberdayakan masyarakat agar bisa berpartisipasi untuk menyekolahkan anak-ananya ke PPMDK. Modal yang diberikan kepada masyarakat seperti bukti yang telah didapat setelah para santri keluar dan menjadi alumnus PPMDK, biasanya di PPMDK melakukan kegiata-kegiatan ke setiap lingkungan masyarakat seperti dakwah (ceramah-ceramah) di setiap majlis ta’lim dan mesjid-mesjid, bakti sosial dan menampilkan kreasi atau keterampilan-keterampilan yang telah dipelajari di PPMDK.

Pembinaan yang dilakukan di PPMDK tidak semudah membalikan telapak tangan, karena santri berasal dari berbagai latar belakang keluarga yang berbeda-beda, budaya yang berbeda, pembinaan tersebut harus bisa diterapkan dan disamaratakan kepada semua santri walaupun dengan berbagai usaha, karena itu semua merupakan kewajiban dari pihak pengelola. Peranan pimpinan pondok (kyai) dan dewan ustadz dan ustadzah sangat besar sekali di dalam membina semua santri PPMDK, karena pimpinan pondok dan dewan uatadz dan ustadzah merupakan Pembimbing, guru yang harus bisa menjadikan santrinya menjadi lebih baik dalam bidang apapun baik akademik, keterampilan ataupun moralnya. Karena pimpinan pondok (kyai) serta dewan ustadz dan ustadzah merupakan seorang figur dan menjadi panutan dari segi akhlak dan sikap serta tingkahnya bisa diadopsi oleh setiap santri sehinga ustadz dan ustadzah harus bisa memberikan contoh yang baik dan santri bisa menerapkan, merealisasikannya di dalam pergaulan sehari-hari. Pihak yang terkait dalam membina diri santri bukan hanya untuk direalisasikan di lingkungan PPMDK, melainkan untuk bekal dan sebagai modal untuk bisa menarik minat masyarakat berpartisipasi dalam menjalankan sebuah visi untuk mencerdaskan seorang anak dalam segi agama. Dengan menyekolahkan anaknya ke PPMDK.

Secara historis penerapan sistem pembinaan akademik adalah pada tahun 90 an belum adanya sekolah yang menerapkan proses KBM terpadu, yaitu antara yang umum dan yang bersifat keagamaan, semua sekolah yang ada di desa Bayah Barat 2 pada waktu itu hanya mementingkan sejauh mana siswa dapat unggul dalam pelajaran umum saja, tanpa melihat betapa pentingnya pengetahuan agama bagi setiap orang, jadi pondok berdiri untuk memadukan sistem akademik yang bersifat umum dan keagamaan. Sistem keterampilan hidup pada tahun yang sama betapa sangat dibutuhkan orang yang mempunyai keterampilan hidup untuk diterima di suatu lapangan kerja, oleh karena itu pondok berusaha untuk mencetak para generasi baru untuk mempunyai bekal keterampilan hidup untuk masa depannya kelak, dengan cara memberikan materi tambahan dan praktek langsung di luar jam pelajaran atau non formal seperti yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya.
Model pembinaan moral dilihat dari begitu banyak para pelajar yang terjebak dalam pergaulan bebas, narkoba dan yang lainnya. Maka dari itu pondok berusaha untuk membuat benteng yang tangguh untuk membatasi dan supaya para santri dapat melihat dan menilai pergaulan mana yang harus mereka pilih, termasuk dengan siapa dan dimana mereka tinggal, oleh karena itu pondok menerapkan sistem pembinaan moral yang lebih diutamakan karena itu adalah modal utama dalam hidup.

Menurut filsafat pendidikan ketiga model itu sangat penting karena :
1. dapat membentuk pribadi yang berfikir dinamis dan berwawasan luas,
2. membentuk pribadi yang mempunyai dedikasi yang tinggi kepada Agama Bangsa dan Negara
3. membentuk pribadi yang mempunyai dasar IMTAQ (Iman dan Taqwa), dan ihsan.
4. membentuk pribadi yang kreatif dan inovatif, karena para guru sebagai motivator, evaluator, dan fasilitator yang baik.

PPMDK dapat menerapkan 3 model pembinaan (akademik, ketera,pilan hidup dan moral), pada dasarnya ketiganya sangat dibutuhkan oleh semua santri, karena apabila seseorang yang memiliki ilmu, tapi tidak memiliki keterampilan, maka akan susah untuk mengembangkan bakatnya kelak, begitu juga apabila seseorang memiliki ilmu dan keterampilan, tetapi tidak memiliki moral, maka akan susah baginya untuk diterima oleh masyarakat, karena akan sulit menerima norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat. Oleh karena itu pondok menerapkan ketiga model tersebut untuk memastikan generasi muda yang akan datang, menjadi orang yang berguna untuk Agama Bangsa dan Negara disamping itu juga semua santri harus bisa memanfaatkan dan mengembangkannya di mana mereka tinggal. Diterapkannya tiga model pembinaan di PPMDK bukan hanya sekedar aturan dan tuntutan yang harus dijalankan tetapi dengan usaha baik dari diri pengelola ataupun santri sendiri itu semua menghasilkan bukti yang nyata di luar lingkungan PPMDK Untuk lebih mengetahui tentang penerapan dan terbentuknya tiga model pembinaan peneliti melakukan wawncara yang lebih mendalam kepada pimpinan pondok (Mudirul Ma’had) ustadz dan ustadzah serta melakukan wawancara alumnus yang sudah merealisasikan kebiasaan di PPMDK di pesantren yang mereka dirikan seperti Ustadz Iroh Mulyadi yang sudah mendirikan pesantren Daarul Islah.

Di Daarul Islah penerapan kurikulumnya sama halnya yang diterapkan di PPMDK, apa yang telah didapat oleh seorang kiai yang bernama ustadz Iroh Mulyadi beliau menerapkannya di pesantren yang beliau pimpin, karena menurut beliau dengan mengukuti aturan yang diterapkan di PPMDK bisa menjadikan diri setiap siswa menjadi lebih mandiri, disiplin, karena dengan asuhan yang dilakukan selama 24 jam, di Daarul Islah bukan hanya menerapkan aturannya seerti perizinan akan tetapi mulai dari kurikulum dan cara memberikan kegiatan pembelajaran baik di dalam kelas ataupun di luar kelas karena apa yang dilaksanakan di PPMDK, dilaksanakan juga di Daarul Islah hanya saja di DI jumlah murid tidak sebanyak di PPMDK.
Bagi Weber, sosiologi adalah suatu ilmu yang berusaha memahami tindakan-tindakan sosial dengan menguraikannya dengan menerangkan sebab-sebab tindakan tersebut. Weber memisahkan empat tindakan sosial di dalam sosiologinya, yaitu apa yang disebutnya dengan :
1. Zweck rational, yaitu tindakan sosial yang melantarkan diri kepada pertimbangan-pertimbangan manusia yang rasional ketika menanggapi lingkungan eksternalnya (juga ketika menanggapi orang-orang lain di luar dirinya dalam angka usahanya untuk memenuhi kebutuhan hidup). Dengan perkataan lain, Zweck rational adalah suatu tindakan sosial yang ditujuakan untuk mencapai tujuan semaksimal mungkin dengan menggunakan dana serta daya seminimal mungkin (dalam hubungan ini ingatlah hukum-hukum ekonomi).
2. Wert rational, yaitu tindakan sosial yang rasional, namun yang menyadarkan diri kepada suatu nilai-nilai absolut tertentu. Nilai-nilai yang dijadikan sandaran ini bisa nilai etis, astetis, keagamaan atau pula nilai-nilai lain. Jadi di dalam tindakan berupa wert rational ini manusia selalu menyadarkan tindakannya yang rasional pada suatu keyakinan terhadap suatu nilai tertentu.
3. Affectual, yaitu suatu tidakan sosial yang timbul karena dorongan atau motivasi yang sifatnya emosional. Ledakan kemarahan seseorang misalnya, atau ungkapan rasa cinta, kasihan, adalah contoh dari tindakan affectual ini.
4. Tradisional, yaitu tindakan sosial yang didorong dan berorientasi kepada tradisi masa lampau. Tradisi di dalam pengertian ini adalah suatu kebiasaan bertindak yang berkembang di masa lampau. Mekanisme tindakan semacam ini selalu berlandaskan hukum-hukum normatif yang telah ditetapkan secara tegas oleh masyarakat.

Keempat tindakan sosial inilah yang menurut weber akan mepengaruhi pola-pola hubungan sosial serta struktur sosial masyarakat. Tindakan sosial dapat bersifat rasional dalam tujuan, yang berarti bahwa sarana-sarana, tujuan-tujuan, dan akibat-akibat sampingan ditimbang-timbang satu terhadap yang lain. Tindakan sosial dapat bersifat rasional dalam nilai apabila tindakan dilakukan karena keyakinan tanpa memperhatikan akibat-akibatnya. Tindakan tradisional ialah tindakan yang dilakukan karena kebiasaan, dan tindakan afektif ialah tindakan atas dasar kekuasaan ialah kemungkinan yang dimiliki seseorang untuk terus melaksanakan kehendaknya dalam suatu hubungan sosial, adapun ada perlawanan, tanpa mengingat apa dasar kemungkinan itu.

Sumber : Hasil wawancara dengan bagian pengajaran pusat (25 Agustus 2008).
Dalam tindakan sosial ada yang disebut ”me” atau juga aktor yaitu seseorang yang melakukan baik hal yang positif ataupun hal yang lebih mengarah pada negatif. Hal yang positif santri memberikan atau tingkah dan kegiatan yang dilakukan oleh santri dapat mempengeruhi pencitraan pesantren. Misalkan dalam mengkuti kegiatan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) mendapatkan kejuaraan sekabupaten lebak, dalam segala hal baik membaca ayat suci Al-qur’an, ceramah, menjadi penerjemah, qasidahan, nasyid, cerdas cermat dan yang lainnya. Tindakan yang mengarah pada hal yang negatif seperti santri yang tidak meneruskan pendidikannya di PPMDK mereka melakukan hal yang konyol di sekolah di luar PPMDK. Kabur dari PPMDK hal yang tidak boleh dilakukan dan dilarang oleh pihak PPMDK dilakukan oleh sebagaian santri khususnya santriwan. Atau juga seperti halnya yang dijelaskan di atas. Seperti ketiga tindakan sosial yaitu yang bersifat rasional dalam tujuan, rasional yang bersifat dalam nilai dan yang bersifat tradisional.

Tindakan sosial yang bersifat rasional dalam tujuan yaitu tindakan yang dilakukan akan tetapi aktor yang melakukannya masih mempertimbangkan segala hal yang akan terjadi pada dirinya setelah melakukannya. Seperti di PPMDK santri yang melakukan hal tindakan misalkan kabur, merokok, melanggar bahasa mereka dalam melakukannya masih mempertimbangkan dan memikirkan dari tindakannya tersebut. Lain halnya dengan tindakan yang bersifat rasional dalam nilai. Di PPMDK terdapat nilai-nilai yang mengatur semua kegitan santri atau selama tingal di lingkungan PPMDK. Keyakinan dalam diri mereka pun sudah tertanam sejak mereka atau santri tingal di asrama yaitu mengenai aturan, norma dan nilai. Aturan tidak selamnya dipatuhi oleh semua santri, tindakan sering terjadi yaitu mengenai pelanggaran seperti yang telah dijelaskan di atas. Santri melakukan pelamnggaran karena dalam diri mereka yakin dan mereka akan bisa menerima snksi yang harus mnereka terima sesuai dengan peanggaran yang dilakukan tanpa mempertimbangkan hukuman apa yang akan mereka terma. Dan yang terakhir mengenai tindakan sosial yang besifat tradisional yaitu, tindakan yang dilakukan arena sudah menjadi kebiasaan para santri. Tindakan yang sering dilakukan oleh para santri yaitu kabur dari pondok atau pulang tanpa seizin pihak yang berwajib (bagian pengasuhan/bagian perizinan).

Sebagai contoh seorang santri yang bisa merasakan hasil apa yang dia dapatkan selama sekolah di PPMDK :

“Dengan saya sekolah di PPMDK bisa membawa masyarakat saya sendiri untuk sekolah ke PPMDK, karena mernurut saya dengan saya bisa belajar mengaji, membaca Alqur’an dengan lagam (qira’at), ceramah di majlis ta’lim, membelajarkan surat-surat, dan sayapun bisa mengajar di MI (Madrasah Ibtidaiyah) itu hasil yang saya dapatkan selama sekolah di Pondok Pesantren Modern Daar El-Kutub. Mereka melihat hasil yang saya rasakan dan bisa dibuktikan di lingkungan saya”.

Santri/Alumnus Model peminaan Out Put
1. Dian pratiwi 1. Model pembinaan akademik.
2. Model pembinaan keterampilan hidup.
3. Model Pembinaan moral
1. Bisa membuat diri dia menjadi seorang guru agama yang profesional, bisa mengamalkan ilmu-ilmu agama dan umum di lingkunanya. Bisa ngajar di MI, SD, Aliyah, dan SMA.
2. lebih berani berbicara di depan orang banyak, bisa berceramah, bisa menguasai dua bahasa (Arab dan Inggris), menjadi guru 2 bahasa.
3. Bisa membaca Al-qur’an sesuai dengan ilmu tadjwid, bisa lebih berdisiplin dalam menggunakan waktu sholat bisa menjadi guru ngaji, lebih bisa menghargai orang dan mengetahui mana yng baik dan mana yang buruk.
Sumber : Hasil wawancara dengan alumnus
PPMDK (24 Agustus 2008)
Santri/Alumnus Model peminaan Out Put

3. Model pembinaan moral
1. Bisa menjadi guru agama yang baik, lebih bisa mendalami pelajaran-pelajaran seperti bahasa arab, inggris, lebih bisa mengembangkan diri , dan berinteraksidalam melakukan KBM. Bisa melanjutkan keperguruan tinggi IAIN yang dasarnya keagamaan.
2. Bisa menguasai 2 bahasa, bisa mengembangkan bakat di lingkungan dimana dia tinggal, seperti dalam perlombaan MTQ. Bisa lebih mandiri, berorganisasi. Bisa bekerja sama dalam mengadakan kegiatan seperti dalam hari-hari besar.
3. bisa membaca ayat suci Al-quran dengan benar, menjadi guru ngaji, bisa lebih memilih mana yang baik dan buru, bisa sholat, menghafal ayat-ayat Al-qur’an. Bisa lebih menjaga diri, menyesuaikan diri di lingkungan masyarakat.
Sumber : Hasil wawancara dengan pihak alumnus
PPMDK (24 Agustus 2008)

C. Penutup
Pembahasan di dalam bab IV ini merupakan suatu analisis hasil dari apa yang telah didapat oleh peneliti selama melakukan observasi secara langsung tidak melalui perantara. Di dalam merealisasikan ketiga model yang sudah dijelaskan di atas kepada semua santri adalah sebuah tantangan bagi semua pihak pengelola PPMDK, karena dengan ketiga model yaitu model pembinaan akademik, model pembinaan keterampilan hidup, dan model pembinaan moral harus bisa diterapkan dan bisa diterima oleh semua santri sehinga santri bisa merealisasikannya dimana mereka tinggal dan itupun merupakan sebuah bukti dari keberhasilan dengan apa yang telah mereka terima di PPMDK serta itu semua bisa dijadikan sebagai daya jual kepada masyarakat untuk membawa minat masyarakat khususnya di sekitar PPMDK agar menyekolahkan anak-anaknya ke PPMDK. Selain membahasa tentang tiga model pembinaan penelitipun melihat hasil dari apa yang telah mereka dapatkan dan merealisasikannya seperti mendirikan pesantren di bawah naungan PPMDK. Seperti pesantren Daarul Islah yang didirikan oleh Ustadz Iroh Mulyadi.

Dalam bab IV ini peneliti mengaitkannya dengan teori yang dapat menguatkan masalah dengan menggunakan teori tidakan sosial, karena peneliti melihat bahwa di PPMDK banyak hal yang dilakukan oleh semua pengelola di dalamnya, baik oleh pihak pimpinan pondok (kiai), ustadz dan ustadzah dan santri itu sendiri. Adapun yang dilakukannya bukan hanya hal positifnya saja melainkan ada hal negatifnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan

Keberadaan pesantren seperti Pondok Pesantren Modern Daar El-Kutub Lebak Banten yang tetap survive sampai sekarang, menjadi kebanggaan tersendiri bagi umat islam di tengah arus globalisasi, individualisme, dan pola hidup materialistik yang kian mengental. Melalui pesantren inilah satu-satunya lembaga pendidikan keagamaan bagi umat islam tidak hanya untuk mendalami agama saja tetapi diuasahakan untuk merubah nilai atau akhlak yang buruk. Model pendidikan pesantren dimana setiap pelajar (para santri) diasramakan dan membentuk masyarakat yang bermoral dengan nilai-nilai agama, dan banyak terdapat pelestarian dan penanaman nilai-nilai luhur bangsa dan manusia dilakukan. Sudah merupakan pola umum, bahwa proses berdirinya sebuah Pondok pesantren Modern Daar El-Kutub itu berpangkal semata-mata pada kyai yang menjadi pengasuh serta di dalamnya yang mengelola seperti ustadz dan ustadzah yang menjadi pengasuh juga.

Dalam rangkaian sistem pengajaran di Pondok Pesantren Modern Daar El-Kutub Lebak Banten, metode menempati urutan sesudah materi (kurikulum). Penyampaian metari tidak berarti apapun tanpa melibatkan metode. Metode selalu mengikuti materi, dalam arti menyesuaikan dengan bentuk dan coraknya, sehingga metode mengalami transformasi bila materi yang disampaikan berubah. Akan tetapi, materi yang sama bisa dipakai metode yang berbeda-beda. Jadi kyai ataupun ustadz dan ustadzah dalam melakukan kegiatan belajar mengajar (KBM) metode disesuaikan dengan materi yang akan diberikan kepada santri. Di Pondok Pesantren Modern Daar El-Kutub Lebak Banten masih juga menggunakan 3 metode yakni metode sorogan, wetonan dan hafalan seperti dijelaskan pada bab-bab sebelumnya. Seperti halnya materi, hakikat metode hanya sebagai alat, bukan tujuan. Untuk merealisir tujuan sangat diutuhkan alat. Bahkan alat merupakan syarat mutlak bagi setiap kegiatan pendidikan dan pengajaran. Bila kyai, ustadz dan ustadzah mampu memilih metode dengan tepat dan mampu menggunakannya dengan baik, maka mereka memiliki harapan besar terhadap hasil pendidikan dan pengajaran yang dilakukan.

Pondok Pesantren Modern Daar El-Kutub Lebak Banten terikat dengan lembaga departemen keagamaan seperti DEPAG. Materi yang diteapkan di Pondok Pesantren Modern Daar El-Kutub tidak hanya menyangkut keagamaan saja melainkan materi yang berhubungan dengan pelajaran umum seperti matematika, fisika, biologi, geografi dan yang lainnya. Pengajaran yang diberikan antara ilmu agama dan ilmu umum 50%. Jadi tidak ada perbedaan antara pelajaran umum dan agama hanya saja di Pondok Pesantren Modern Daar El-Kutub diberikan ajaran untuk membaca Al-Qur’an danm belajar untuk bisa berbahasa Arab dan Inggris. Pembinaan yang diterapkan di Pesantren Daar El-Kutub sama saja seperti di sekolah-sekolah umum yang lainnya hanya saja di sekolah-sekolah umum mereka dididik oleh pihak sekolah dalam jam pelajaran, akan tetapi di pesantren modern Daar El-Kutub selama 24 jam karena mereka atau santri wajib untuk tinggal di asrama. Dalam membina santri, Pondok Pesantren Modern Daar El-Kutub menerapan aturan dan harus ditaati dan dipatuhi eh semua santri. Serta Daar-Kutub mempunyai tujuan, misi, visi dan panca jiwa pondok dan itu semua harus dilakukan oleh semua santri.

Model pembinaan akademik pihak yang besangkutan berhak memberikan bimbingan dari segi pengajaran yang bisa membuat diri setiap santri isa memahami pengajaran atau materi yang diberikan oleh kyai ustadz dan ustadzah. Model pembinaan moral mereka (santri) diberikan pengarahan, pengertian dan bimbingan mengenai akhlak dan perbuatan mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan, mana yang dilarang dan mana yang tidak dilarang. Model pembinaan keterampilan hidup semua santri wajib bisa berbahasa Arab dan Inggris. Karena dilingkungan Pondok Pesantren Modern Daar El-Kutub wajib berbahasa Arab dan Inggris.

B. Saran
Keberadaan Pondok Pesantren yang masih survive sampai saat ini merupakan sesuatu yang harus diberikan dukungan, serta partisipasi. Dengan keberadaan PPMDK di kecamatan Bayah Bara Barat Desa Cikumpay Lebak Banten Selatan. Mudah-mudahan menjadi sebuah pesantren yang bisa mendidik anak-anak untuk lebih mengetahui tentang ilmu agama di samping ilmu umum. Sehinggga anak bisa mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk dan membandingkan antara ilmu umum dan agama. Pondok Pesantren Modern Daar El-Kutub bisa mempertahankan eksistensinya dalam membina santrinya untuk menjadi lebih baik (Khairil Ummat). Menjadi penerus bangsa yang lebih mengetahui ilmu agama yang didasari dengan berbagai binaan baik moral, akademik maupun keterampilan hidup. Sehingga PPMDK bisa mencetak kader-kader ulama. PPMDK hendaknya terus mengadakan pembinaan agama untuk para santrinya sampai mereka betul-betul mampu menguasai menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agamanya secara utuh dan sempurna sehinga santri pun tidak canggung lagi ketika terjun kelapangan.